URguide

Kisah Inspiratif Sarono, Tunanetra yang Punya 184 Anak Asuh

Alfian Muntahanatul Ulya, Rabu, 7 September 2022 12.35 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Inspiratif Sarono, Tunanetra yang Punya 184 Anak Asuh
Image: Sarono. (YouTube)

Jakarta - Sarono merupakan seorang penyandang disabilitas tunanetra yang kehilangan penglihatannya sejak tahun 1995. Meski memiliki keterbatasan fisik, tidak membuat ia patah semangat dalam menjalani hidup. Ia selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan anugerahkan padanya.

Bermula di tahun 1994, saat penglihatan Sarono mulai menurun, sementara di saat yang sama sang istri juga tengah sakit dan membutuhkan biaya yang banyak. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat Sarono untuk tetap mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan istri. 

Mereka hanya hidup berdua, karena Sarono dan istri divonis tidak bisa memiliki anak karena suatu hal. Namun Tuhan Maha Baik, di tengah keterbatasan dan takdir yang dihadapi Sarono, ia memiliki 184 anak asuh yang mampu ia hidupi.

Pria berusia 63 tahun ini dulu sempat berjualan telur asin untuk menyambung hidup, namun sayangnya tidak begitu laris. Kemudian ia memutar otak untuk berjualan pisang, dan berakhir sama. Suatu hari, saat tengah berjalan dan menjajakan pisangnya, ia tersandung batu hingga terjatuh. Bukannya kesal, tapi Sarono malah mengambil batu itu lalu berdoa dengan tulus ke Sang Khalik.

Sejak kejadian itu, Sarono mulai menekuni profesi baru sebagai pemecah batu. Ia memungut batu merah, batako, dan batu-batu lain dari toko material lalu dipecahkannya hingga berbentuk butiran-butiran yang disaring menjadi pasir halus. Dari pasir itulah kemudian ia jual pada siapa saja yang ingin membelinya.

Sarono tidak mematok harga pasir yang dijualnya, asal sepakat dengan pembeli, maka ia menerima berapa peser pun uang yang didapatnya. Ia bekerja dua kali dalam sehari, biasanya di pagi dan sore hari mulai pukul 07.00-11.00 dan 16.00-17.30 WIB.

Singkat cerita, di tahun 2003 ia bertemu dengan dua orang anak yatim di pinggir jalan tempatnya bekerja memecah batu. Dua anak itu kemudian menjadi anak asuh Sarono, mengingat ia dan istri tidak bisa memiliki anak kandung.

Ia merawat anak-anak itu dengan tulus dan ikhlas, dan berkat ketulusannya, jumlah anak asuh Sarono terus bertambah setiap tahunnya hingga kini ada 184 orang anak yang diasuhnya bersama sang istri.

Meski hidup penuh keterbatasan, Sarono mengaku tidak pernah merasa kesulitan dalam mengasuh anak-anaknya. Selalu ada donatur yang ikhlas membantu untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Sarono pun mengaku bahwa ia mengasuh anak yatim karena ingin mendapat Ridha dari Tuhan.

Sebagian besar anak yang diasuh Sarono masih memiliki orang tua meskipun tunggal. Jadi anak asuh Sarono tidak tinggal bersamanya karena rumah Sarono hanya berukuran 10 x 3 meter. Biasanya mereka hanya bermain dan makan di rumah Sarono. 

Sarono mengungkapkan rasa syukurnya karena meski tidak bisa melihat, ia dipercaya Sang Pencipta untuk menjaga, merawat, dan berbagi rezeki dengan ratusan anak yang diasuhnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait