URstyle

Naik Gunung saat New Normal, Ini Hal yang Wajib Diperhatikan

Anisa Kurniasih, Rabu, 8 Juli 2020 18.12 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Naik Gunung saat New Normal, Ini Hal yang Wajib Diperhatikan
Image: Gunung Bromo. (Pixabay)

Jakarta - Wabah COVID-19 di Indonesia sempat membuat berbagai sektor pariwisata ditutup sementara untuk mencegah penyebaran virus selama empat bulan terakhir.

Namun, kini Pemerintah telah mengizinkan kegiatan pariwisata alam kembali dibuka secara bertahap untuk zona hijau dan kuning salah satunya adalah kegiatan wisata alam yaitu pendakian gunung.

Nah, masyarakat yang sudah rindu untuk mendaki pun pastinya nggak sabar nih untuk menikmati indahnya alam Indonesia. Namun, amankah mendaki gunung saat memasuki kondisi new normal seperti sekarang ini?Apa saja yang harus disiapkan bagi mereka yang ingin melakukan pendakian kembali?

Agustinus Dwi Cahyo, Penggiat Kegiatan Alam Terbuka dan Penggiat UKM Wisata Alam menjelaskan, ada dua faktor yang menentukan aman tidaknya pendakian saat new normal yaitu faktor objektif dan subjektif.

"Faktor objektif artinya bahaya yang bisa diwaspadai dari alam itu sendiri, kalau bicara gunung apakah dalam kondisi aktif, berpotensi gempa dan apakah iklimnya mendukung?" ujar Agustinus kepada Urbanasia, Rabu (8/7/2020).

Kemudian, ia menambahkan faktor kedua adalah bahaya subjektif yaitu bahaya yang bisa ditimbulkan dari diri kita sendiri  seperti mengalami kecelakaan atau hal yang nggak diinginkan disebabkan oleh faktor subjektif.

"Ini artinya banyak poersiapan yang harus dilakukan oleh pendaki secara pribadi mulai dari persiapan fisik, mental, intelegensia, perbekalan, peralatan riset lalu pemilihan tim artinya kita juga mau saat pandemi atau tidak, persiapan itu wajib dilakukan," ungkapnya.

Menurutnya, pada saat pandemi memang lebih ditekankan kepada kesiapan pendaki seperti hal-hal yang meminimalisir resiko penularan COVID-19.

Nah, Agustinus menjelaskan nih guys terkait standar atau kaidah -kaidah yang wajib diterapkan sebelum mendaki gunung di era new normal, di antaranya:

1. Persiapan yang Matang

Hal ini meliputi persiapan perbekalan, peralatan, riset yang bagus.  Dari sisi fisik, mungkin dalam rentan waktu tiga atau empat bulan ini kita masih dalam kondisi berkegiatan di rumah.

"Jarang olahraga dan membina fisik pun akhirnya minim dan itu yang juga harus diperhatikan sebelum mendaki," ujarnya.

2. Waspada Hipotermia

Kemungkinan yang bisa terjadi di lapangan adalah ganggguan atau penyakit yang dialami saat mendaki misalnya bahaya hipotermia.

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.

"Karena saat ini Juli menuju Agustus adalah puncaknya musim kemarau ketika di gunung itu suhu bisa turun drastis jadi di beberapa gunung bahkan mungkin ada yang keluar serbuk es.  Jika kita tidak menyiapkan diri terkait dengan penyakit tersebut, itu cukup berbaha juga buat kita" lanjut Agustinus.

3. Persiapkan Tim Sebaik Mungkin

Saat melakukan pendakian, menyiapkan tim dengan sebaik mungkin adalah hal penting.  Menurut Agustinus, sebaiknya ada satu atau lebih orang yang memang dijadikan koordinator atau kita tuakan dan dijadikan sebagai kepala tim.

"Pilih yang secara pengalaman, secara knowledge, atittude dan skill juga dimiliki oleh dia jadi perjalanan kita didampingi oleh orang yang memang mempunyai pengalaman yang cukup," sambung dia.

Bisa juga menggunakan jasa pemandu untuk menemani kita dalam sebuah pendakian karena mereka sudah tersertifikasi, otomatis segala persiapan dan pelaksanaan baik pra ataupun pasca pendakian gunung itu bisa di konsultasikan dengan pemandu.

4. Peralatan Sesuai Protokol Kesehatan

Memasuki era new normal, protokol kesehatan juga harus diperhatikan. Selain peralatan utama, pendaki juga harus menyiapkan peralatan yang bisa melindungi diri dari ancaman virus seperti masker, sarung tangan plastik/kain dan hand sanitizer.

Lalu, untuk perlengkapan pribadi seperti pakaian tidur, ransel, alat makan, matras, tenda, alat masak dan lainnya.

Sebagai pendaki profesional, Agustinus juga berpesan, jika memang jalur pendakian sudah mulai dibuka, ada baiknya kita harus tetap tenang  dan  yang pasti harus bijak dalam melakukan kegiatan luar ruang.

"Memang benar salah satu manfaat ketika bermain di alam bebas hutan gunung bisa sebagai proses healing. Gunakan kawasan konservasi ini  sebijak mungkin, jangan terlalu euforia dan tetap berhati-hati," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait