URnews

Epidemiolog UGM: 80 Persen Penduduk Indonesia Terinfeksi Varian Delta

Nivita Saldyni, Senin, 22 November 2021 14.26 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Epidemiolog UGM: 80 Persen Penduduk Indonesia Terinfeksi Varian Delta
Image: Pemakaian masker guna cegah penyebaran virus. (Ilustrasi/Pixabay)

Yogyakarta - Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mulai mengalami penurunan beberapa waktu terakhir. Epidemiolog UGM, Citra Indriani menyebut kondisi ini tak lepas dari upaya percepatan vaksinasi dan juga terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah karena diduga telah ada sekitar 80 persen penduduk Indonesia yang sudah terinfeksi oleh varian Delta.

“Infeksi covid lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta,” kata Citra dikutip dari situs resmi UGM, Senin (22/11/2021).

Lebih lanjut, Citra menjelaskan jika sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, bukan untuk strain yang lain. Sehingga meski banyak masyarakat yang telah terinfeksi varian Delta dan sudah memiliki imunitas kelompok, kita tak bisa mengabaikan ancaman gelombang ketiga, guys.

"Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan  apabila kita kedatangan strain yang baru," jelasnya.

Selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, Citra menyebut percepatan program vaksinasi yang dilakukan pemerintah dan berbagai pihak juga punya peran penting. Sebab lewat vaksinasi, keparahan sakit yang dialami jika terinfeksi COVID-19 bisa diminimalisir.

“Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit," ungkap Citra.

Apalagi jika melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, kata Citra, ada yang kemudian kembali terinfeksi Delta di Juni-Juli. Serta ada juga kasus-kasus meninggal dunia yang memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi.

Untuk itu menurut Citra langkah yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan terus melakukan percepatan vaksinasi. Bahkan penyisiran wilayah untuk vaksinasi juga diperlukan, terutama bagi lansia. Citra menilai upaya ini bisa membantu untuk memitigasi bentuk parah infeksi SARS-COV 2.

"Kalaupun gelombang tiga terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” imbuhnya.

Selain itu, angka mobilitas masyarakat sekarang ini kembali mengalami peningkatan. Namun menurutnya hal ini tak bisa dihindari.

“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat Natal-tahun baru dan pasca lebaran,” ungkapnya.

Untuk itu, ia menilai kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM Level 3 saat jelang Natal dan tahun baru (Nataru) menurutnya sudah tepat dilakukan. Menurutnya kebijakan itu adalah bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.

“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode Natal-tahun baru serta lebaran, apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang delta varian AY.4.2,” jelasnya panjang lebar.

Sehingga menurut Citra, pembatasan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan (prokes) dalam kegiatan masyarakat harus terus dilakukan. Hal itu haus kita jaga hingga seluruh penduduk dunia betul-betul aman dari infeksi COVID-19 dan vaksinasi sudah mencapai target di seluruh negara.

“Kita masih akan menghadapi kasus COVID-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini. Naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait