URnews

Pakar Sebut Varian COVID-19 Mu Tak Bahaya Dibanding Delta

Shelly Lisdya, Minggu, 12 September 2021 08.38 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar Sebut Varian COVID-19 Mu Tak Bahaya Dibanding Delta
Image: ilustrasi virus corona. (WHO)

Jakarta - Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, Gunadi mengatakan, bahwa varian Mu atau B1621 tidak lebih ganas dibandingkan dengan varian Delta.

Hal ini dikarenakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jika varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian. Sementara varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai. 

Kendati varian baru ini belum terdeteksi di Indonesia, menurut Gunadi perlu diantisipasi karena varian Mu diketahui menyebabkan penurunan kadar antibodi baik karena infeksi ataupun vaksinasi. 

”Hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi baik karena infeksi alamiah maupun vaksinasi, serupa dengan varian Beta. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut,” kata Gunadi dalam keterangan tertulis, Jumat (10/9/2021).

Hingga kini, varian baru virus corona yakni B.1.621 atau varian Mu ini belum terdeteksi di Indonesia, dikatakan Gunadi perlu pengetataan pintu masuk ke Indonesia agar tidak sampai menyebar luas seperti varian delta sebelumnya. Namun, soal tingkat keganasannya Gunadi berkeyakinan varian ini tidak seganas varian Delta. 

”Karena Delta kategori VoC levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI,” paparnya.

Menurutnya, virus COVID-19 akan terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi. 

Namun demikian, mereka yang sudah pernah terpapar COVID-19 atau pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami. 

“Kekebalan alami yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut,” terangnya.

Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin, menurutnya sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu. Namun, antisipasi tetap diperlukan dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dan percepatan program vaksinasi.

Kendati demikian, bagi mereka yang sudah vaksin menurutnya mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terpapar virus COVID-19 meski terinfeksi dengan varian yang berbeda. 

“Vaksin mencegah keparahan,” tandasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait