Rakyat Demo Besar-besaran, Perdana Menteri Sri Lanka Setuju Mengundurkan Diri
Jakarta - Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe secara resmi setuju untuk mengundurkan diri setelah adanya unjuk rasa di kediaman dan kantor presiden atas kemarahan dari kriris ekonomi yang memburuk.
Juru Bicara Perdana Menteri, Dinouk Colambage mengatakan bahwa Wickremesinghe sudah mengatakan kepada para pemimpin partai bahwa dia akan mengundurkan diri ketika semua pihak setuju akan kepemerintahan baru.
Dilansir dari beberapa sumber, Ranil Wickremesinghe juga turut menggambarkan situasi krisis ekonomi yang dialami oleh Sri Lanka.
“Mengerikan, baik sebagai warga negara, baik sebagai perdana menteri. Saya biasanya berada di pemerintahan di mana kami memastikan orang makan tiga kali dan pendapatan meningkat. Tapi sekarang kita mengalami kontraksi ekonomi. Kami masih belum merasakan dampak penuh dari kontraksi, jadi inilah mengapa kami sudah harus pulih tahun depan,” tutur Ranil Wuckremesinghe, Minggu (10/7/2022).
Pada bulan Mei lalu, Rajapaksa menunjuk Wickremesinghe sebagai perdana menteri, dan berharap penugasan tersebut membuat perekonomian Sri Lanka membaik.
Saat ini banyak pengunjuk rasa yang menuduh bahwa Wickremesinghe sedang mencoba menyelamatkan Rajapaksa sehingga bersedia mengundurkan diri. Para anggota dinasti politik Rajapaksa yang kuat pun sudah mundur dari Kabinet.
Juru bicara pemerintah Sri Lanka, Nalaka Godahewa juga menjelaskan terkait semua anggota kabinet yang sudah mengundurkan diri dan akan melakukan pertemuan dengan partai politik lain untuk membentuk pemerintahan persatuan.
“Presiden akan bertemu dengan partai politik independen dan posisi, dan kami mengharapkan pemerintahan baru dalam beberapa hari ke depan,” ucapnya.
Melalui postingan Twitter, anggota Parlemen opisisi Rauff Hakeem juga menuliskan “Para pemimpin partai politik di parlemen memutuskan untuk bertemu dan meminta Rajapaksa dan Wickremesinghe untuk mundur” tulisnya.
Demonstrasi Besar-besaran
Situasi ekonomi Sri Lanka yang kian memburuk berujung pada demonstrasi besar-besaran sejak April 2022 dan mencapai puncaknya kemarin, Sabtu (9/7/2022). Masyarakat yang marah menggeruduk rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa, menuntut pemimpin negara bertanggung jawab atas kekacauan ekonomi yang terjadi.
Para aparat keamanan pun berusaha menghentikan demonstran karena berusaha menerobos pagar dan berlari melintasi halaman di dalam gedung.
Sebanyak 34 orang termasuk dua petugas polisi dikabarkan terluka dalam bentorkan ketika pengunjuk rasa berusaha untuk menerobos.
“Dua dari yang terluka berada dalam kondisi kritis sementara yang lain menderita luka ringan,” kata seorang pejabat di Rumah Sakit Nasional Kolombo.
Ribuan pengunjuk rasa memasuki ibu kota setelah polisi mencabut jam malam, dengan bahan persediaan yang langka dan masyarakat turut memenuhi transportasi untuk datang ke kota.
Seorang Pemimpin Agama Buddhis Terkemuka, Ven. Omalpe Sobitha ini mengatakan bahwa Rajapaksa diminta mundur juga karena ia dianggap telah kehilangan mandat dari rakyat.
“Klaimnya bahwa dia dipilh oleh Umat Buddha Sinhala tidak valid sekarang,” katanya.
Ekonomi Sri Lanka Runtuh
Saat ini, ekonomi Sri Lanka terancam akan runtuh dan kacau. India dan negara-negara lain mencoba membantu dengan menegosiasikan bailout kepada IMF (International Monetary Fund).
Krisis ekonomi menyebabkan kekurangan barang-barang penting yang parah dan membuat masyarakat harus berjuang membeli makanan, bahan bakar dan kebutuhan dasar lain.
Sejak Sri Lanka merdeka pada tahun 1948, krisis ekonomi ini adalah krisis terburuk dan memberikan dampak yang sangat luar biasa.
Bulan lalu, Wickremesinghe mengatakan bahwa ekonomi negara itu telah runtuh. Ia mnegatakan bahwa negoisasi yang dilakukan dengan IMF sangat rumit karena saat ini Sri Lanka sudah bangkrut.
Pada bulan April, Sri Lanka mengumumkan menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri kaena kekurangan mata uang asing. Total hutang Sri Lanka berjumlah sebanyak $51 miliar dan harus dibayar kembali sebanyak $27 miliar pada akhir tahun 2027.