URnews

Pendeteksi COVID-19 'GeNose C19' Tengah Uji Diagnostik dan Bakal Diproduksi

Shelly Lisdya, Selasa, 27 Oktober 2020 13.22 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pendeteksi COVID-19 'GeNose C19' Tengah Uji Diagnostik dan Bakal Diproduksi
Image: GeNose C19 sudah mendapatkan izin dari Kemenkes untuk segera menjalani uji diagnostik di sembilan rumah sakit mitra. (Ist)

Jakarta - GeNose C19 atau Gadjah Mada Electronic Nose saat ini sedang memasuki tahap uji diagnostik sebelum diproduksi pada akhir tahun. 

GeNose C19 adalah inovasi alat kesehatan terbaru yang dikembangkan oleh UGM untuk mendeteksi cepat gejala COVID-19 hanya dengan hembusan napas. 

Bahkan, alat deteksi ini memiliki kemampuan mendeteksi virus corona dalam tubuh manusia dalam waktu cepat. Tidak kurang dari dua menit hasil tes sudah dapat diketahui apakah positif atau negatif COVID-19.

Alat yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., dan tim ini sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk segera menjalani uji diagnostik di sembilan rumah sakit mitra, salah satunya adalah RSUP Dr. Sardjito.

"Untuk desain uji diagnostik berupa cross sectional dan triple blinded. Dan kami ingin nantinya harganya bisa lebih murahz agar niat sosialnya untuk bantu (penanggulangan) COVID-19 ini bisa sampai,” ujar Kuwat.

Sementara itu, rekrutmen subjeknya adalah multicenter consecutive sampling hingga tercapai jumlah sampel berimbang antara kelompok positif dan negatif COVID-19. 

Pada tahap awal penerapan GeNose C19 akan difungsikan sebagai alat screening COVID-19. Sambil dievaluasi akurasi, sensitivitas dan spesifisitasnya, maka diharapkan dapat ditingkatkan menjadi alat diagnostik COVID-19 yang disetarakan dengan swab/PCR.

Anggota tim peneliti lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra, mengatakan, dalam uji diagnostik ini setiap pasien akan diambil sampel napas dan sampel swab nasofaring secara bersamaan.

Lebih lanjut, ia menargetkan 1.500 sampel yang diuji selama tiga minggu, di mana 10 persen dari sampel tersebut benar-benar merupakan pasien yang positif COVID-19.

“Kami tidak tahu sampel pasien yang diambil ini positif atau negatif supaya tidak terjadi penyimpangan pada penelitian uji diagnostik,” katanya.

Ia menambahkan, pada akhir tahun alat ini sudah bisa dipasarkan secara komersial,  setelah melalui proses pengujian, scaling up hingga pengembangan inovasi lanjutan. 

“Saya kira ini hasil kerja sama gotong royong dan multidisiplin antar ilmuwan,"imbuhnya.

Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng., mengapresiasi atas peran dan kontribusi RSUP Dr. Sardjito dalam pelaksanaan uji diagnostik GeNose C19. 

“Kami sangat berharap seluruh pihak mendukung pengembangan produk inovasi GeNose C19 ini, agar dapat segera dimanfaatkan untuk mitigasi dan percepatan penanganan pandemi COVID-19 serta pemulihan ekonomi Indonesia,” harapnya.

Sekadar diketahui, GeNose C19 merupakan inovasi pertama di Indonesia yang digunakan untuk pendeteksian COVID-19 melalui hembusan napas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. 

GeNose C19 juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam sistem sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi. GeNose C19 telah menjalani uji profiling di RS Bhayangkara Polda DIY dan Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19 Bambanglipuro, Bantul dengan akurasi sistem lebih dari 95 persen.

GeNose C19 ini diharapkan dapat memutus penyebaran COVID-19 dengan keunggulan biaya per uji lebih murah, hasil tes lebih cepat diketahui sehingga keputusan tindakan isolasi lebih cepat.

Alat yang berbasis elektronik ini mudah diproduksi secara massal karena menggunakan analisis data Artificial Intelligence (AI) secara paralel dan masif, dan spesifitas dan Sensitivitas yang tinggi. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait