URtainment

Penuh Perjuangan, Ini Cerita di Balik Film 'Tilik' yang Viral

Anisa Kurniasih, Jumat, 21 Agustus 2020 15.52 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Penuh Perjuangan, Ini Cerita di Balik Film 'Tilik' yang Viral
Image: YouTube Ravacana Films

Jakarta - Sosok  Bu Tejo akhir-akhir ini ramai diperbincangkan karena aktingnya dalam  film pendek 'Tilik'.

'Tilik' merupakan film produksi Ravacana Films tahun 2018 yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Film berdurasi 32 menit 34 detik ini bahkan terpilih sebagai pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018.

Film garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo ini viral usai ditayangkan di hari Kemerdekaan Indonesia ke-75 pada 17 Agustus 2020.

Nah, Urbanreaders udah tahu belum kalau ada cerita seru di balik proses produksi film 'Tilik'?

Dalam kanal YouTube Ravacana Film, Wahyu selaku sutradara menceritakan, latar belakang film tersebut berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Penghargaan Film 'Tilik', Piala Maya 2018 hingga Cinema Amsterdam 2019

1597907873-utube-tilik.jpgSumber: Tangkapan layar film 'Tilik' (YouTube Ravacana Films)

Menurutnya, adanya budaya 'Tilik' di masyarakat itu ia ketahui setelah penulis film, Bagus Sumartono, menceritakan hal tersebut kepadanya.

"Fenomena budaya  tilik (menjenguk) yang saya sendiri sebenarnya enggak pernah mengalami itu sama sekali dan enggak pernah melihat itu secara langsung, akhirnya saya tertarik buat melihat, observasi dan ternyata memang setelah melihat langsung itu gimana ya, rasanya kayak klik (cocok) gitu," ungkap Agung.

Agung juga mengungkapkan, kisah film Tilik itu berdasarkan fenomena masyarakat yang terlalu percaya dengan internet. Diketahui, Bu Tejo yang diperankan Siti Fauziah dalam film pendek Tilik itu menganggap internet sebagai sumber informasi yang paling akurat.

Selain itu, Ia juga mengungkapkan jika film ini dianggap penting diproduksi lantaran di era digital ini kerap kali diterpa dengan berita hoax. Sehingga, Ia ingin membahas tentang isu hoax yang sudah mulai masuk ke masyarakat desa.

"Film ini itu benang merahnya membahas sebuah informasi di mana sekarang tuh banyak banget isu hoaks di mana-mana," ujar Agung.

Apalagi, kata Agung, era digital modernisasi sekarang ini sangat digandrungi masyarakat Indonesia. "Nah ini yang menjadi rentan, menjadi penting kenapa film ini harus diproduksi sekarang," ucap Agung.

Menurut sang produser, Elena Rosemeisara, timnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari lokasi syuting yang tepat.

"Untuk spotting location itu kita butuh hari yang lebih panjang. Aku mengestimasi seminggu bisa lock, ternyata enggak. Kita berulang kali ke desa, berulang kali muterin dari jalan desa menuju kota itu berulang kali. Bahkan, ketika akhirnya lock itu masih ada tambahan-tambahan yang kayaknya itu belum pas aja gitu," tuturnya.

Selain itu, berbagai kendala sempat dialami saat proses produksi film ini, salah satunya cuaca yang tak bersahabat.

"Jadi ada momen waktu proses syuting itu hujan. Di hari ketiga pula yang harusnya besoknya sudah selesai. Otomatis itu membuat schedule kita berantakan, cari cara gimana enggak overtime. Strateginya kita lakukan di hari keempat membuat split team. Astrada take di scene yang satu, sutradara take di scene lainnya," kata Elena.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait