URnews

Pria Tendang Sesajen di Semeru, Ini Kata Pakar Sosial dan Budaya

Nivita Saldyni, Selasa, 11 Januari 2022 19.49 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pria Tendang Sesajen di Semeru, Ini Kata Pakar Sosial dan Budaya
Image: Tangkapan layar pria yang buang dan tending sesajen di kawasan Gunung Semeru. (Instagram @memomedso).

Surabaya - Aksi seorang pria yang membuang dan menendang sesajen di kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru masih menjadi perhatian publik. Pakar sosial dan budaya dari Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyo pun ikut angkat bicara.

Menurut Dwi ada beberapa alasan mengapa video itu menjadi viral. Pertama karena apa yang dilakukan pria tersebut menggunakan parameter sepihak atau hanya berdasarkan keyakinannya semata. Kedua, tindakan tersebut bersifat disruptif dan masuk dalam isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).

“Saya kira kenapa menjadi viral karena dia mengukur parameter keyakinan lain itu dengan parameter keyakinannya dan disertai dengan tindakan yang disruptif. Ini yang akhirnya menimbulkan jadi terlihat SARA. Ini kan sensitif,” kata Dwi saat dihubungi Urbanasia, Selasa (11/1/2022) malam.

“Mungkin waktu itu dia angga[ tidak akan viral dan aman-aman saja. Tapi kemudian ada yang mempublikasi dan tentu ini menimbulkan kemarahan, bukan hanya bagi yang memberikan sesajen saja tapi bagi teman-teman lain yang menjunjung tinggi toleransi karena apa yang dilakukan itu selain dianggap tidak benar, juga menyakitkan,” sambung dosen Ilmu Sejarah UM itu.

Perilaku dan Anggapan Pelaku Jelas Salah

Bukan hanya sekadar menendang dan membuang sesajen yang ada didepannya, pria dalam video itu juga menyebut bahwa sesajen itu adalah sesuatu yang membuat Tuhan murka. Ia bahkan menyebut bahwa sesajen itulah yang membuat Tuhan menurunkan azabnya.

Nah, menurut Dwi, anggapan itu jelas salah. Meski tak diketahui pasti kapan sesajen itu diletakkan, namun ia menduga tak jauh setelah peristiwa erupsi di Gunung Semeru terjadi.

“Erupsi itu kan terjadi sudah beberapa minggu lalu. Peristiwa awalnya itu kan di bulan Desember. Artinya, kalau penyebab terjadinya petaka atau erupsi itu karena sesajen itu ya nggak toh karena sesajen ditempatkan, erupsi kan sudah terjadi,” kata Dwi.

“Dia menyebutkan ini yang menyebabkan adanya azab. Bukan, itu (erupsi) bukan karena sesajen itu. Jelas secara kronologis tidak tepat. Kecuali, hari ini ditempatkan lalu besok atau lusa terjadi. Itu kan erupsi sudah terjadi dan tidak terjadi sekali. Jadi tentu ada penyebab lain yaitu bencana alam sehingga apa yang dikatakan itu secara kronologis tidak tepat,” ungkapnya.

Pelaku Gunakan Parameter Keyakinan Sepihak

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait