URamadan

Ramadan di Rusia: Ada Tradisi Unik hingga Berkurangnya Sentimen Keagamaan

Kintan Lestari, Kamis, 6 Mei 2021 18.54 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ramadan di Rusia: Ada Tradisi Unik hingga Berkurangnya Sentimen Keagamaan
Image: Teguh Imanullah, mahasiswa Indonesia yang sudah hampir lima tahun menetap di Rusia. (Teguh Imanullah for Urbanasia)

Belgorod - Umat muslim di seluruh dunia kini tengah menjalankan ibadah puasa. Meski sama-sama berpuasa, tentu setiap orang punya cerita mereka sendiri saat menjalankan puasa.

Begitu juga dengan Teguh Imanullah, mahasiswa Indonesia yang kini tengah menetap di Belgorod, salah satu kota di Rusia, guna mengambil studi S1 di Belgorod State National Research University.

Teguh, begitu panggilan akrabnya, sudah menetap di Rusia sekitar lima tahun. Pemuda 23 tahun itu kini tengah menempuh pendidikan di jurusan Nanomaterial.

Berada di negeri orang, tentu saja tradisi Ramadan yang biasa dirasakan di Tanah Air tidak Teguh rasakan di Belgorod. Di Rusia, dikatakan Teguh, bulan Ramadan berjalan seperti bulan-bulan lainnya.

"Di sini nggak kayak di Indonesia. Di Indonesia biasanya ada pasar, orang teriak sahur, ada acara buka bareng. Di sini nggak seramai itu, jadi semua biasa aja as usual," pungkasnya.

Namun Teguh mengungkap ada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan komunitas muslim di Belgorod untuk mempererat tali silaturahmi, contohnya berkumpul di masjid untuk sahur bersama di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Berpuasa di Rusia tentu berbeda dengan berpuasa di negeri sendiri. Ada kesulitan yang dihadapi, salah satunya durasi puasa yang lebih panjang.

Di Belgorod tempatnya tinggal, Teguh mengungkap dirinya menjalani puasa selama 16-18 jam. 

Begitu beda kota, beda lagi durasi puasanya, terutama kota yang posisinya di Utara Rusia, seperti St. Petersburg. Di kota tersebut umat muslim bisa berpuasa sampai 20 jam.

Durasi puasa yang panjang itulah yang jadi tantangan berat baginya saat pertama kali datang ke Rusia.

Berpuasa selama 16-18 jam, Teguh pun mengungkap waktu untuk berbuka, solat tarawih, dan sahur pun jadi lebih singkat.

"Kalau saya dan teman-teman berbuka ke masjid untuk berburu takjil, salat magrib habis itu langsung tarawih, biasanya selesai jam 11 malam. Dan setelah itu sahur. Nah, sahurnya itu beda-beda mulai dari jam 03.00-03.30 terus naik sampai jam 01.00. Jadi kadang jam 12.00-12.30 itu udah harus sahur karena subuh sebentar lagi," cerita pemuda 23 tahun ini.

1620300332-teguh-rusia-bukber.jpgSumber: Kebersamaan Teguh bersama teman-temannya saat berbuka puasa. (Teguh Imanullah for Urbanasia)

Untuk menu makanan berbuka, di Belgorod juga umat muslim berbuka dengan yang manis, meski ada sedikit perbedaan di menunya.

Kalau di Indonesia hidangan pembukanya adalah sirup, di Rusia umat muslimnya berbuka dengan 'сок' (sok) alias jus atau 'вода' (vada) alias air putih. Teguh juga mengungkap di masjid disediakan makanan lain seperti kurma, salad, dan roti.

Lalu untuk makanan beratnya, Teguh menyebut di masjid umumnya disediakan menu-menu seperti plov atau nasi kuning dengan lauk kambing, sup, atau kentang.

Untuk sahur, Teguh lebih sering memasak makanannya sendiri, baik itu nasi dengan telur atau ayam goreng. Kecuali di 10 hari terakhir bulan Ramadan yang mana dikatakan Teguh masjid di Belgorod sering mengadakan sahur bersama.

Untuk akses ke makanan halal dan tempat ibadah di ruang publik, menurut Teguh berbeda-beda setiap kotanya. Ada yang sulit untuk akses makanan halal, dan ada juga yang mudah.

Di kota besar seperti St. Petersburg atau Moskow ada masjid, tetapi jumlahnya sedikit. Beruntung di kota besar akses mendapatkan makanan halal cukup mudah. Kalau di kota Kazan atau Republik Czech yang mayoritas muslim maka relatif mudah mencari makanan halal dan masjid di sana.

Sayangnya di kota tempatnya tinggal muslim jadi minoritas sehingga untuk mencari masjid dan mendapatkan makanan halal lebih sulit.

Sebagai minoritas, Teguh mengaku sering mendapat pertanyaan dari orang Rusia yang ingin tahu soal puasa.

Baca Juga: Kisah Angelina Sondakh: Dari Mualaf Kini Jadi Guru Ngaji di Tahanan

Berbeda dengan imej orang Rusia yang dingin dan tertutup, dikatakan Teguh mereka rupanya respek pada umat muslim. Bahkan beberapa di antaranya mengucapkan 'Ramadan Mubarak' saat diberitahu kalau umat muslim sedang memasuki bulan Ramadan.

"Itu yang bikin kita merasa hangat disambut sama teman-teman di sini," cerita Teguh

Saat pandemi melanda seluruh dunia tahun lalu, banyak pembatasan-pembatasan diberlakukan. Maka dari itu, Teguh dan komunitas muslim di sana tidak bisa berkumpul bersama di masjid. Tidak ada juga acara buka bersama.

Sehingga untuk berbuka, Teguh hanya membeli bahan makanan atau lauk dan membawanya ke rumah untuk dimasak. Menurutnya suasana kebersamaan jadi momen yang hilang selama bulan Ramadan.

1620300327-teguh-rusia.jpgSumber: Potret Teguh di depan Saint Basil’s Cathedral, Moscow, Rusia. (Teguh Imanullah for Urbanasia)

Kini berpuasa 'sendirian' akibat pandemi, tentu rasa rindu akan Tanah Air semakin besar, terutama dengan nuansa Ramadannya.

"Saya tuh kangen banget sama kolak, terus biasanya kumpul sama keluarga, bukber sama teman-teman. Biasanya kalau di masjid ada ngaji, itu yang saya rindu banget sama kehangatan suasana Ramadan di Indonesia, yang di Rusia nggak kita dapetin," curhatnya. 

Sudah hampir lima tahun menetap di Rusia, Teguh mengaku masih ada sentimen negatif terhadap Islam di sana. Namun berdasarkan pengamatannya, sentimen negatif tersebut proporsinya sedikit.

Berbeda dengan stigma orang Rusia yang dingin pada umat muslim, warga Rusia menurut Teguh cukup welcome dengan kehadiran umat muslim. 

"Teman-teman di sini welcome banget. Ketika saya dan teman-teman lain puasa kita diucapkan, terus mereka bilang 'Selamat buka'. Itu yang kita kerasa banget kehangatannya," cerita Teguh.

Namun seperti yang disinggung tadi, tetap ada sentimen negatif di Negara Beruang Merah itu. 

Teguh memaparkan bahwa di Rusia pernah terjadi konflik keagamaan yang cukup besar pada 2012 silam. Setelah kejadian tersebut, pemerintah Rusia langsung bergerak untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.

"Selama ini saya rasa pemerintah Rusia terus-menerus menerobos batasan-batasan bahwa stigma Rusia yang tidak ramah terhadap masyarakat beragama itu sudah makin menipis," pungkasnya.

Presiden Rusia, yakni Vladimir Putin, dikatakan Teguh aktif dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.

Presiden 68 tahun itu sempat meresmikan masjid sampai ikut serta dalam konferensi antar agama di Rusia. Putin juga diketahui beberapa kali mengutip ayat Al-Quran.

Secara keseluruhan, menurutnya Rusia cukup ramah pada agama apapun, termasuk Islam. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait