URguide

Semangat Kaum Difabel Malang Ajak Hidup Sehat di Masa Pandemi

Nunung Nasikhah, Senin, 13 Juli 2020 21.13 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Semangat Kaum Difabel Malang Ajak Hidup Sehat di Masa Pandemi
Image: Aksi longmarch yang dilakukan oleh Omah Difabel Malang. (Omah Difabel Malang)

Malang – Pandemi coronavirus disease (COVID-19) tak menjadi penghalang bagi para kaum difabel Malang untuk terus produktif.

Bahkan, baru-sejumlah teman-teman difabel di Malang menggelar long march atau perjalanan jauh dengan berjalan kaki selama 2 jam 14 menit 30 detik.

Long march tersebut dilakukan dengan jarak tempuh sekitar 8,5 km, meliputi 7 km perjalanan di jalan raya dan 1,5 km perjalanan melintasi perkebunan warga dan perhutani di wilayah perbukitan hingga ketinggian 700 meter diatas permukaan laut.

Aksi long march pertama kali ini merupakan inisiasi Pokja Pemuda Difabel Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) yang bermarkas di Jalan Yos Sudarso RT 4 RW 7 Desa Bedali Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.

Diikuti oleh kaum difabel dari ragam disabilitas fisik, intelektual, mental dan non disabilitas, aksi tersebut dimulai dari Omah Difabel di desa Bedali ini melintasi desa Srigading, Sidoluhur, Mendek, dan Sidodadi dengan rute memutar kembali ke Omah Difabel lagi sebagai titik finish.

Ketua Pembina Lingkar Sosial Indonesia, Kertaning Tyas mengatakan, aksi long march tersebut memang sengaja dilakukan untuk mengkampanyekan kesehatan dan produtifitas di masa pandemi.

“Prinsip dari kegiatan ini selain untuk kesehatan, sesungguhnya adalah upaya untuk mengikis self stigma,” ujar pria yang akrab disapa Ken Kerta tersebut kepada Urbanasia melalui Whatsapp, Senin (13/7/2020) di Malang.

“Dengan kegiatan jalan-jalan baik long march maupun jalan santai bertujuan agar difabel terbiasa keluar rumah, terbiasa bersosialisasi, otomatis juga akan membiasakan masyarakat non difabel berinteraksi dengan difabel,” imbuhnya.

Ken menambahkan, long march tersebut merupakan titik kelanjutan untuk mengembangkan kegiatan olahraga lainnya seperti arung jeram, susur pantai, pendakian gunung dan sebagainya.

“Tahun lalu, pokja pemuda ini menyelenggarakan turnamen catur bebas antar ragam disabilitas se-Jawa Timur,” tandasnya.

Menurutnya, dipilihnya jenis olahraga jalan kaki ini atas pertimbangan biaya yang murah, relatif aman dan bisa dilakukan oleh siapapun.

“Konteks dari olahraga jalan kaki ini bagi penyandang disabilitas boleh dilakukan tanpa alat bantu maupun dengan alat bantu seperti kursi roda, kruk, sepeda kayuh tangan dan sebagainya,” tutur Ken.

Bahkan, menurutnya, olahraga ini juga terbuka bagi difabel dengan kemampuan berjalan merangkak dan cara-cara lainnya.

“Jika ada pengguna kursi roda yang ingin gabung, akan kami sesuaikan rute yang diakses,” ucapnya.

Kampanye kesehatan melalui long march tersebut rencananya juga akan kembali digelar minggu depan, dengan rute yang lebih banyak pendakiannya.

“Syaratnya, peserta harus siap fisik dan mental. Jika memerlukan asisten atau pendamping maka pendamping juga harus siap fisik dan mental,” paparnya.

“Untuk ragam disabilitas semua boleh ikut, namun rute, bentuk perjalanan, dan jarak kita sesuaikan. Bagi yang tidak mampu mengikuti long march, kita akan bentuk tim jalan-jalan santai,” sambung Ken.

Ken menegaskan, aksi long march tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, membawa hand sanitizer dan menerapkan prinsip jaga jarak.

“Kecuali pada kondisi tertentu, misal pada tanjakan dan ketinggian kami memerlukan nafas banyak dan lancar sehingga harus buka masker,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait