URstyle

Stunting Harus Dicegah Sejak Sebelum Menikah dan saat Hamil

William Ciputra, Sabtu, 17 Desember 2022 14.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Stunting Harus Dicegah Sejak Sebelum Menikah dan saat Hamil
Image: Ilustrasi wanita hamil (pexels/leahkelley)

Jakarta - Stunting pada anak menjadi salah satu fokus pemerintah. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan gencar melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya stunting. 

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, intervensi pencegahan stunting ini dilakukan pada saat sebelum menikah dan saat kehamilan. Secara kesehatan, dua fase ini efektif untuk mencegah stunting. 

"Kalau dari sisi kesehatan, prioritas paling tinggi untuk pencegahan Stunting itu ibunya dulu yang harus diperhatikan. Caranya ada dua, sebelum menikah dan saat kehamilan," kata Budi melansir laman Kemkes, Sabtu (17/12/2022).

Budi menjelaskan program intervensi spesifik sebelum menikah dilakukan sejak masa remaja, dengan menjamin kesehatan dan asupan gizi kepada mereka. 

Dengan hal ini, diharapkan prediksi Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2045 mendatang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, terhindar dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya anemia.

Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas dan produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan penyakit pada saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah gizi.

Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktivitas fisik.

Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik salah satunya dengan menyelenggarakan Aksi Bergizi Nasional, yang salah satu intervensinya adalah menggencarkan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di sekolah maupun Puskesmas.

"Remaja putri ini jangan sampai anemia, karena kalau anemia berisiko tinggi melahirkan bayi stunting. Semua remaja putri kelas 7-9 harus diukur zat besinya, kalau HB dibawah 12 diberikan tablet tambah darah (TTD) untuk memenuhi zat besi dan asam folat," kata Budi.

Selain rutin konsumsi TTD, Menkes juga menyarankan para remaja putri rutin melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin setidaknya 6 bulan atau 1 tahun sekali. Pemeriksaan bisa dilakukan secara gratis di Puskesmas.

"Untuk remaja putri, supaya hidupnya sehat, anaknya nanti tidak Stunting, tes darah minimal satu tahun sekali. Kalau angkanya dibawah 12 harus minum TTD, kalau HB sudah diatas 13, jaga kesehatannya, makannya yang cukup dan rutin aktivitas fisik,” imbuhnya.

Kemudian, intervensi pada ibu hamil dilakukan dengan mencukupi kebutuhan gizi, pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan. 

Untuk mengetahui ibu hamil kekurangan gizi atau tidak, selama masa kehamilan disarankan rutin melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) sebanyak 6 kali dan pemeriksaan USG setiap bulan.

"Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan ANC minimal 6 kali, tujuannya untuk mengetahui berat dan tinggi bayi apakah kekurangan atau kelebihan," tuturnya.

Menkes pun mewanti-wanti kepada seluruh pihak agar kedua intervensi spesifik tersebut dilaksanakan secara simultan dalam rangka mendukung upaya penurunan angka Stunting di Indonesia.

Pihaknya memandang langkah tersebut jauh lebih penting dibandingkan penanganan setelah bayi lahir, karena bila anak sudah stunting, maka penanganannya sudah terlambat dengan persentase kesembuhan yang rendah, hanya berkisar 6% dari angka stunting di Indonesia.

"Dua ini sangat penting, bahkan ini lebih penting daripada mengurus bayinya karena sudah telat. Jadi jaga supaya remaja jangan sampai anemia dan jaga ibu hamil jangan sampai kekurangan gizi," terang Menkes.

Kendati prioritas penanganan Stunting dilakukan sebelum dan saat kehamilan, Budi menekankan bahwa pemerintah tetap menaruh perhatian besar terhadap bayi baru lahir. 

Intervensinya dengan memenuhi kebutuhan gizi terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) serta memastikan pertumbuhan tinggi dan berat bayi terus meningkat sesuai dengan usianya.

"Kalau saat ditimbang beratnya tidak naik langsung periksa ke Puskesmas, jangan tunggu sampai stunting. jadi begitu lahir harus sering diukur berat dan panjangnya, kalau bisa setiap bulan, lebih sering lebih bagus," katanya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait