Mengenal Body Dysmorphia, Gangguan Mental yang Pernah Dialami Lana Condor
Jakarta – Lana Condor buka - bukaan soal kondisi kesehatan mentalnya. Dalam wawancara bersama Wondermind, pemain ‘To All the Boys I Loved Before’ ini mengaku pernah mengalami body dysmorphic atau dismorfia tubuh.
“Saya bisa sangat keras jika menyangkut penampilan. Itu sesuatu yang saya perjuangkan sepanjang hidup. Dismorfia tubuh,” kata Lana seperti dikutip Urbanasia, Selasa (25/10/2022).
Condor menjelaskan, dismorfia tubuh yang dialami berhubungan dengan profesinya sebagai seorang aktris. Dia sering melihat dirinya setiap hari di kamera dan monitor, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh.
Kondisi tersebut memicu penilaian buruk terhadap tubuhnya. Condor pun mengaku sangat sengsara karena tidak bisa mengontrol isi kepalanya.
Lantas apa yang dimaksud dengan body dysmorphia?
Mengutip NHS, Body dysmorphic disorder (BDD) atau body dysmorphia adalah kondisi kesehatan mental ketika seseorang terlalu mencemaskan kekurangan dalam penampilan mereka. Padahal, bagian tubuh atau wajah yang mereka anggap aneh belum tentu terlihat oleh orang lain.
Gejala body dysmorphia
Body dysmorphia bisa dialami laki - laki maupun perempuan dari semua rentang usia. Kondisi tersebut bisa sangat menjengkelkan dan berdampak besar pada hidup seseorang.
Orang – orang yang mengidap body dysmorphia sangat khawatir tentang area tertentu dari tubuhnya, misalnya bekas jerawat atau bekas luka, tanda lahir, bentuk rambut hingga bentuk wajahnya.
Selain cemas berlebih, penderita body dysmorphia juga mengalami gejala berikut:
– Sering membanding-bandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain.
– Mencari kepastian dan pengakuan tentang penampilan kepada orang lain.
– Sering bercermin atau menghindari cermin sama sekali untuk menghindari self judging.
– Berusaha keras untuk mengubah atau menutupi kekurangan diri, misalnya memerlukan waktu lama untuk menyisir dan meluruskan rambut atau merias wajah.
– Keyakinan kuat bahwa orang lain memperlihatkan penampilanmu secara negatif dan mengejekmu.
– Menghindari situasi sosial.
– Memiliki kecenderungan perfeksionis.
Apa penyebabnya?
Hingga saat ini masih belum diketahui pasti apa yang menyebabkan body dysmorphia. Namun beberapa ahli percaya, faktor genetik adalah salah satu faktor pemicunya. Seseorang mungkin lebih berisiko mengembangkan body dysmorphia jika memiliki orang tua atau saudara yang terkena gangguan ini.
Ketidakseimbangan senyawa kimia di otak dan pengalaman traumatis juga meningkatkan risiko seseorang akan gangguan mental ini.
Sumber: Ilustrasi jerawat. (Pexels/polinatankilevitch)
Kapan Harus ke Dokter?
Gangguan dismorfik tubuh biasanya tidak hilang dengan sendirinya. Bahkan bisa memburuk dari waktu ke waktu jika dibiarkan begitu saja. Nah yang lebih parah, body dysmorphia juga bisa memicu gangguan kesehatan mental lain, seperti kecemasan, gangguan makan, depresi berat, hingga self-harm.
Terlalu fokus pada penampilan serta cemas berlebihan terhadap penampilan diri dapat membuat seseorang tertekan. Bahkan bisa mengganggu aktivitas, pekerjaan, hingga kehidupan sosialnya.
Jika Urbanreaders mengalami beberapa gejala di atas, jangan ragu untuk hubungi dokter atau pergi ke fasilitas layanan terkait, ya!