Gugus Tugas COVID-19 Jatim Tanggapi Keluhan Risma tentang RS Rujukan Surabaya
Surabaya - Keluhan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini soal rumah sakit Surabaya yang selalu jadi rujukan pasien positif COVID-19 dari luar daerah akhirnya ditanggapi oleh Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Jatim.
Sebelumnya, Risma mengatakan bahwa data yang dimilikinya menunjukkan 50 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit Surabaya berasal dari luar daerah.
“Kalau hitungan saya, pasien (luar Surabaya) itu ada sebanyak 50 persen. Jadi kadang mereka datangnya ke UGD, di RS Soewandie, di RS BDH, itu ada pasien luar Surabaya,” kata Risma di Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020) lalu.
Ia pun mempertanyakan masih banyaknya pasien luar daerah yang dirujuk ke Surabaya, padahal tercatat ada 99 rumah sakit rujukan di Jawa Timur hingga hari ini.
"Kenapa harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya? Padahal ada rumah sakit rujukan di Jatim yang sudah ditunjuk. Kan ndak fair kalau semua masuk ke rumah sakit di Surabaya,” pungkasnya.
Menanggapi keluhan Risma, Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi pun buka suara. Menurutnya tidak semua rumah sakit di Surabaya dipenuhi oleh pasien luar daerah.
"Pengalaman kami di Soetomo yang saya tahu persis, 95 persen itu ya orang Surabaya. Saya gak tau rumah sakit lain (banyak pasien luar kota), perlu di-update datanya," kata Joni di Gedung Negara Grahadi, Senin (11/5/2020) malam.
Namun jika memang benar banyak pasien yang datang dari luar daerah, Joni menyebut itu sah-sah saja. Sebab dalam kode etik dokter dilarang keras membeda-bedakan, apalagi menolak pasien.
"Kawan-kawan dari IDI dan PERSI sudah membuat pernyataan bahwa merawat pasien tidak boleh dibedakan berdasarkan ras, agama, suku, kedaerahan, ataupun politik. Jadi kalau misalnya Pemprov Jatim membuat rumah sakit khusus untuk Provinsi Jatim, lalu orang Kalimantan atau Jateng tidak boleh masuk, salah. Itu tidak etis dalam dunia kedokteran," jelasnya.
Dirut RSUD Dr. Soetomo itu pun menambahkan, COVID-19 bukanlah penyakit yang harus selalu dirujuk ke Surabaya.
"Jadi ini bukan penyakit tumor otak yang harus ke Surabaya. Jadi COVID-19 ini bisa ditangani oleh dokter ahli paru, dokter ahli anestesi, dan dokter ahli penyakit dalam. Bahkan dokter umum pun bisa untuk merawat pasien dengan penyakit yang ringan dan sedang, tentu dengan pengawasan dokter paru," paparnya.
Untuk itu, menurut Joni kesiapan rumah sakit di seluruh daerah di Jatim sudah baik. Ia pun mencontohkan Kabupaten Sidoarjo yang berhasil merawat 125 pasien COVID-19 dengan segala upayanya.
"Sidoarjo contohnya sampai saat ini bisa merawat 125 pasien, jadi mereka mengembangkan 60 ruang isolasi. Ini di RSUD Sidoarjo. Jadi kalau boleh saya bilang tidak pernah merujuk, karena ada dokter spesialis anestesi, ada dokter paru juga," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan pihaknya terus melakukan upaya peningkatan kapasitas dan kualitas perawatan di berbagai daerah di Jatim. Mulai dari pengadaan alat kesehatan hingga memberikan bantuan ventilator kepada rumah sakit rujukan terus dilakukan.