URtrending

Surabaya Selalu Jadi Rujukan Pasien COVID-19 Luar Daerah, Risma: Ini Berat Bagi Kami

Nivita Saldyni, Selasa, 12 Mei 2020 10.17 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
 Surabaya Selalu Jadi Rujukan Pasien COVID-19 Luar Daerah, Risma: Ini Berat Bagi Kami
Image: Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Humas Pemkot Surabaya)

Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyatakan 50 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit Surabaya adalah warga luar Surabaya. Ia mengaku hal ini membuat beban rumah sakit Surabaya menjadi berat.

Apalagi, ia mengaku data yang dimilikinya menyebutkan bahwa masih banyak pasien COVID-19 dari luar Surabaya yang langsung datang ke UGD di Rumah Sakit Soewandhie dan Rumah Sakit BDH.

Hal itu disampaikannya kepada perwakilan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) cabang Surabaya dan Persi (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia) Jawa Timur di Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020) lalu. 

“Kalau dia OTG, lalu kemana-mana di Surabaya misalnya ke warung makan dan tempat lain, tentu ini yang membuat berat kepada kami di Surabaya. Belum lagi kalau dia bawa keluarga, sedangkan di salah satu keluarganya sudah ada yang positif, sehingga ini berat ke kami. Itu yang kami sampaikan ke PERSI dan IDI,” kata Risma.

Ia pun mempertanyakan keberadaan puluhan rumah sakit rujukan yang tersebar di berbagai daerah di Jatim. 

“Kalau sedang-sedang saja dan masih bisa diatasi di daerah, kenapa harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya? Itu yang berat bagi kami," imbuhnya.

Keluhan itu telah disampaikannya kepada IDI dan PERSI. Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu berharap segera ada solusi terbaik atas kendala yang dialami Kota Pahlwan itu.

“Sudah kami sampaikan ke PERSI dan IDI. Semoga segera ada solusi,” pungkasnya.

Kepada seluruh warga Jatim, Risma pun berharap agar lebih taat dan disiplin mematuhi protokol dan aturan, sehingga tidak semua orang harus dirujuk ke Surabaya dan diterima oleh rumah sakit di Surabaya. 

Sementara itu, Ketua IDI Cabang Surabaya, dr. Brahmana Askandar mengatakan rumah sakit Surabaya selalu menjadi rujukan, bahkan sebelum virus corona mewabah.

“Cuma masalahnya rumah sakit Surabaya adalah rujukan dari seluruh Jawa Timur. Bahkan, sebelum COVID-19 pun, Surabaya selalu menjadi rujukan,” katanya.

Sehingga saat ini, baik IDI maupun PERSI akan mengatur regulasi dan mensosialisasikan tentang proses rujukan pasien. Harapannya tidak lagi terjadi penumpukan pasien luar kota di Surabaya dan bisa ditangani oleh daerah.

“Mungkin ini hanya perlu disosialisasikan lagi dan didiskusikan lagi dengan rumah sakit di daerah, supaya tidak semuanya dirujuk ke Surabaya. Rumah sakit yang sudah ditetapkan menjadi rujukan di Jatim itu sudah dianggap mampu menangani pasien COVID-19, baik dari segi fasilitas maupun sumber dayanya,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim dr. Dodo Anondo mengatakan sebetulnya rumah sakit di Surabaya cukup untuk menangani COVID-19 jika pola rujukannya sudah sesuai. Hanya saja terkadang ada rasa kurang percaya pada pengobatan daerah yang membuat pasien berobat ke Surabaya.

“Memang Surabaya itu sudah luar biasa, kami apresiasi semuanya. Tetapi masalahnya, bebannya memang dari luar kota, memang agak sulit menanganinya. Terus terang kami tidak bisa menolak pasien, makanya nanti kami akan buat polanya,” katanya.

Dari pertemuan bersama Risma, Dodo mengatakan bahwa pihaknya sepakat untuk berkoordinasi dengan rumah sakit daerah agar ke depan tidak terjadi lagi rujukan lepas.

“Ini tadi yang banyak didiskusikan adalah rujukan lepas, tahu-tahu IGD rumah sakit di Surabaya dapat pasien dari luar kota, tentu ini membebani rumah sakit di Surabaya. Ini yang harus ditangani dengan baik, makanya nanti kami akan siapkan polanya,” pungkasnya

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait