URtrending

Krisis Ekonomi Global, Pakar Sebut Indonesia Negara dengan Ekonomi Terkuat Ke-16 di Tengah Pandemi

Nunung Nasikhah, Minggu, 10 Mei 2020 16.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
 Krisis Ekonomi Global, Pakar Sebut Indonesia Negara dengan Ekonomi Terkuat Ke-16 di Tengah Pandemi
Image: istimewa

Malang – Di masa pandemi seperti saat in, salah satu dampak yang tak terelakkan adalah krisis ekonomi. Hampir semua negara terdampak dengan mewabahnya coronavirus disease (COVID-19). Tak terkecuali dengan Indonesia.

Pengalihan dan refocusing anggaran negara banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam penanganan COVID-19. Belum lagi anggaran untuk bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak pandemic tersebut.

Meski demikian, jika dilihat dari kalkulasi makro ekonomi, pakar ekonomi dan juga Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB) Prof. Ahmad Erani Yustika, SE., M.Sc., Ph.D mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

"Dari hasil analisis The Economist, Indonesia masuk sebagai negara dengan ekonomi terkuat ke-16 dari 66 negara yang ekonominya berdampak setelah pandemi,” ungkap Erani yang merupakan alumni University of Göttingen (Georg-August-Universität Göttingen), Jerman.

“Pertumbuhan ekonomi pasti anjlok. Namun secara umum, ekonomi nasional masih memiliki daya tahan yang memadai dalam jangka pendek. Sektor moneter dan fiskal dalam jangka pendek masih aman, namun tetap wajib dipantau secara reguler atau mingguan," imbuhnya.

Kendati demikian, kata Erani, saat ini yang bisa dilakukan adalah membuat ruang-ruang yang memungkinkan kehidupan dapat berjalan dengan baik, meskipun tidak pada level optimal.

Namun tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan dari pemerintah. Seperti misalnya dengan mendorong usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menggunakan pemanfaatan teknologi.

"Misalnya untuk sektor perikanan yang biasanya menjual langsung di tempat penangkapan, sekarang difasilitasi dengan aplikasi untuk menjangkau konsumen,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tersebut.

“Kemudian UMKM yang memiliki produk yang baik akan diapresiasi oleh Kementerian UMKM dengan disebarluaskan atau dipromosikan ke masyarakat umum,” sambungnya.

Erani juga tidak menampik bahwa wabah COVID-19 berdampak ke arena ekonomi nasional melalui berbagai bidang. 

Menurutnya, dampak paling parah menyerang sektor riil sebab sebagian besar pelaku ekonomi di Indonesia berada di sektor tersebut.

Ekspektasi terhadap ekonomi di Indonesia pada sektor riil, kata Erani, dapat dilihat dari dua indikator, yaitu penjualan semen dan kendaraan bermotor.

"Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, konsumsi semen pada bulan Januari-Februari sebanyak 10,90 juta ton, atau turun 4,03 persen,” ujar Ketua Umum Ikatan Alumni UB tersebut.

“Sedangkan menurut Asosiasi Sepeda Motor Indonesia penurunan penjualan sepeda motor berkisar 25 sampai 30 persen, dan penjualan mobil pada bulan Maret turun 15 persen," sambungnya.

Selain sektor riil, jalur transmisi krisis juga dapat mengenai empat sektor lainnya, yaitu moneter, perbankan, fiskal, dan neraca pembayaran.

"Untuk itu, pemerintah dan masyarakat berjibaku melakukan hal-hal terbaik dengan menggunakan modal finansial dan modal sosial untuk membantu masyarakat yang terkena dampak COVID-19. Di antaranya pemerintah sudah mendesain paket stimulus fiskal Rp 75 triliyun untuk program kesehatan, Rp 150 triliyun untuk pemulihan ekonomi, Rp 110 triliyun untuk social safety net, dan Rp 70,1 triliyun untuk dukungan industri dan UMKM," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait