URtrending

URtopic: Kisah Penggali Kubur Jenazah Pasien COVID-19

Tim Urbanasia, Senin, 11 Mei 2020 16.50 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
URtopic: Kisah Penggali Kubur Jenazah Pasien COVID-19
Image: Ilustrasi penggali kubur. (Urbanasia)

Jakarta - Selain petugas medis dan sopir ambulans, peran penggali kubur sangatlah penting dalam hal mengurus jenazah pasien virus Corona atau COVID-19. Mereka harus bekerja ekstra untuk mempersiapkan liang lahat hingga memakamkan jasad pasien COVID-19. 

Seorang penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Imang Maulana mengaku memiliki tanggung jawab lebih besar dari biasanya sejak 15 Maret 2020.

"Terus terang semenjak COVID-19 ini jam kerja kita nonstop, kita nggak ada waktu istirahat, waktu istirahat pun buat makan di sini (lokasi penguburan) karena kita nggak boleh jauh-jauh dari sini, kan (mobil) ambulan bisa jadi datangnya secara tiba-tiba. Jadi kita kalau belom larut malam, dan belom ada informasi dari pusat langsung bahwa tidak ada (jenazah) yang dikirim lagi, kita nggak bisa pergi atau pulang ke rumah, jadi mau hujan mau panas risiko kita," jelas Imang kepada Urbanasia.

Lewat pengalaman pertamanya, Imang mengaku sempat timbul rasa cemas dan takut tertular virus dari jenazah pasien COVID-19. 

"Pengalaman saya dan tim saya yang menguburkan pertama kali jenazah COVID-19 langsung merasa cemas dan takut. Karena saat itu, belum ada tataran dari kedinasan (Dinas Pertamanan dan Hutan DKI Jakarta) gimana cara menguburkan dan apa yang harus kita lakukan untuk melindungi diri dari penyebaran virus," ungkapnya.

"Apalagi ditambah, perlengkapan APD yang dibawakan dari ambulan terbatas, paling sekitar 7-8 paling banyak dan hanya masker dan sarung tangan, tidak ada hazmat. Otomatis saya dan teman-teman semakin takut dan cemas," lanjut Imang menceritakan. 

Tapi pada akhirnya, perasaan takut perlahan mulai menghilang. Imang sudah paham betul cara dan prosedur menggali hingga mengubur jenazah pasien COVID-19. 

Ketenangan Imang bertambah, karena kini dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Ia juga menjelaskan bahwa protokol kesehatan seperti penyemprotan cairan disinfektan juga diterapkan setelah proses pemakaman selesai.

"Sekarang sudah terbiasa dengan APD lengkap. Jadi sudah biasalah, nggak takut lagi. Di sini juga kan setiap penguburan jenazah kita disemprot cairan disinfektan sama petugas," jelasnya.

Bahkan selain itu, Imang mengatakan sudah mengikuti beberapa rapid test COVID-19. Ia bersyukur hasil tes menunjukkan dirinya negatif dari penularan virus COVID-19. 

"Alhamdulillah (negatif), kita susah rapid test sama suntik imun booster," tutur Imang.

Menurut imang, dalam proses pemakaman di minggu pertama mulai 15 Maret 2020, hanya 23 orang yang terlibat dalam satu tim. Terdiri dari petugas gali kubur dan petugas angkut peti jenazah dari mobil ambulan. 

Karena terjadi lonjakan jumlah pengiriman jenazah pasien COVID-19 di pekan-pekan selanjutnya, Imang bersama rekan seprofesinya mengusulkan kepada pimpinan untuk mengubah jadwal dan penggabungan personel setiap minggunya.

"Kalau sistem penggalian kita awalnya hanya satu tim normalnya, satu tim itu hanya 23 orang. Tim saya kan regu A. jadi ada 4 regu A, B, C dan D, di rolling (perputaran) setiap minggu," terangnya.

"Nah karena di minggu kedua-ketiga jumlah kiriman jenazah COVID-19 makin banyak, kita usulkan ke pimpinan supaya jangan satu tim setiap minggu, jadi digabung dalam dua tim. Alhamdulillah sekarang itu digabung tim A pasngannya dengan C, tim B pasangannya dengan D. Jadi ada sekitar 50 orang yang gali kubur dalam satu mingggu," tambah Imang.

Hingga sekarang, Imang bersama petugas pemakaman lainnya tetap bersiaga untuk melayani penguburan jenazah pasien COVID-19. Imang pun berharap pandemi virus corona ini segera berakhir agar kehidupan dapat kembali berjalan normal.

"Ini sudah menjadi tugas kita sebagai PJLP (Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan), artinya apapun risikonya ini kerjaan kita yang laksanakan. Satu itu sebagai tanggung jawab kami, keduanya sebagai sarana ibadah buat kami. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?," imbuhnya.

"Harapan saya dari awal dan temen-temen ya tentunya seperti yang lain semoga cepet-cepet berakhir pandemi ini, keadaan kembali normal," tutup Imang mengakhiri.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait