URstyle

URtopics: Strategi Jitu Atasi Bisnis Pariwisata yang Lesu

Tim Urbanasia, Minggu, 23 Agustus 2020 14.04 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
URtopics: Strategi Jitu Atasi Bisnis Pariwisata yang Lesu
Image: Golden Tulip Holland Ressort di Batu (Golden Tulip for Urbanasia)

Jakarta - Sektor pariwisata menjadi salah satu bisnis yang terdampak paling parah dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia bahkan telah memperkirakan bahwa pandemi dapat berdampak pada hilangnya lebih dari 50 juta pekerjaan di sektor perjalanan dan pariwisata di dunia. Asia dianggap sebagai wilayah yang akan menderita paling parah akibat pukulan mematikan dari virus Corona baru ini.

Fakta ini tentu saja bikin para pebisnis pariwisata bergidik. Bagaimana tidak? Selama ini, sektor pariwisata ditengarai telah menyumbang setidaknya 10% dari PDB di seluruh dunia. Makin lama pandemi ini berlangsung, napas bisnis pariwisata semakin kembang kempis.

Belum selesai sampai di situ, berakhirnya pandemi pun tak berarti bahwa industri ini akan langsung bangkit kembali. Para ahli memperkirakan, dibutuhkan waktu sekitar 10 bulan untuk sebuah bisnis bisa kembali merangkak dan bisa berjalan normal.

Strategi Mencari Peluang

1598159668-Hotel-Golden-Tulip-Cover.jpgSumber: Golden Tulip Holland Resort for Urbanasia.

Di tengah himpitan situasi yang tak menentu ini, mau tidak mau setiap pebisnis mesti lebih kreatif mencari peluang, setidaknya untuk bertahan hidup. Syukur-syukur, bisa ikut menggerakkan kembali perekonomian di sekitarnya.

Berbagai strategi pun dilakukan, salah satunya dengan menawarkan staycation. Staycation atau holistay adalah istilah yang dipopulerkan untuk memberi warna baru dalam konsep berlibur di masa pandemi. Berasal dari kata ‘stay’ dan ‘vacation’, dan juga ‘holiday’ dan ‘stay’, istilah ini menunjuk pada kegiatan liburan yang dilakukan di kota sendiri, atau menjadi turis di daerahnya sendiri.

1598163584-Kolam-renang-rooftop-Mercure.jpegSumber:  Hotel Mercure Cikini/Urbanasia.  

Dengan konsep staycation ini, pelancong lokal bisa menikmati liburan di hotel sambil mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitarnya. Dari sisi masyarakat, staycation bisa menjadi sarana pelepas penat tanpa harus pergi ke kota lain menggunakan transportasi umum, mengingat batasan-batasan yang masih ada selama pandemi. Sedangkan dari sisi ekonomi, kunjungan masyarakat ke tempat-tempat wisata, diikuti dengan berbelanja di pusat perbelanjaan setempat, serta menikmati kuliner lokal, dapat menjadi katalisator bagi roda ekonomi yang jalan di tempat.

Cara Bisnis Tetap Bertahan

Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Krishandi, staycation menjadi cara buat para pebisnis pariwisata untuk membuat terobosan agar bisnis bisa tetap berjalan. Krishandi menjelaskan, selama masa PSBB, tingkat okupansi di hotel-hotel bahkan tak mencapai 10%. Memasuki masa transisi, kondisi ini mulai perlahan naik, namun menargetkan okupansi 20% pun dirasa sangat sulit.

Meski tak bisa diandalkan untuk menambah pemasukan secara signifikan, cara ini tetap dipilih setidaknya untuk mengurangi kerugian.

1598161138-Kamar-tidur-Mercure.jpegSumber: Kamar tidur di Hotel Mercure Cikini/Urbanasia. 

“Kalau mau bicara suffer sisi ekonomisnya, sudah pasti rugi. Okupansi di bawah 40%, tepatnya di bawah 36%, udah pasti pengusaha akan nombok. Namun, dibandingkan tadi, dari sisi manajemen, apakah dia mau tutup, apakah dia tetap bertahan di tengah kondisi ini, atau di hotel masih tetap jalan, masih bisa menerima (kondisi ini), hanya mengurangi kerugian aja,” papar Krishandi.

Patuh Protokol Kesehatan

1598163067-protokol-Kesehatan-Golden-Tulip-Ressort.jpgSumber: Penerapan protokol kesehatan di Golden Tulip Holland Ressort Batu/Nunung Nasikhah (Urbanasia). 

Atas nama bertahan hidup inilah, para pengusaha bidang pariwisata terus berusaha menyediakan pelayanan terbaik dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

Jika tidak, pengabaian terhadap ketentuan dan standar pelayanan, dapat berakibat fatal pada bisnis, selain juga menambah deretan jumlah penderita COVID-19.

1598165495-Penerapan-protokol-kesehatan-di-Golden-Tulip.jpgSumber: Penerapan protokol kesehatan di Golden Tulip Holland Ressort Batu/Nunung Nasikhah (Urbanasia). 

“Kita nggak mau ikut menyumbang angka COVID. Orang datang ke Jakarta, orang datang ke Indonesia stay di Jakarta, wah di Jakarta saya kena COVID nih, gara-gara tinggal di hotel A. Padahal, belum tentu gara-gara di hotel A kan? Bisa jadi di bis, bisa jadi di pesawat, bisa jadi di taksi, bisa jadi di jalan-jalan saat berpergian ke mall, misalnya. Kita berusaha ikut menunjang program mengurangi penularan COVID-19,” jelas Krishandi.

Jauh dari Signifikan

1598162295-Resto-di-Golden-Tulip-Holland-Ressort.jpegSumber: Golden Tulip Holland Ressort for Urbanasia. 

Secara sekilas cara ini terlihat cukup menjanjikan, setidaknya sebagai langkah awal menghidupkan kembali mesin pariwisata yang mulai mendingin. Namun, apakah sambutan masyarakat seperti yang diharapkan? Dan apakah strategi ini cukup berpengaruh pada perekonomian?

“Pengaruh untuk perekonomian, ada. Begitu seseorang keluar rumah, berarti kan dia harus siap spending uang untuk apa. Pertama, misalnya untuk akomodasi. Kedua, untuk food. Makan di hotel ataupun mau makan di restoran yang dianggap aman. Ketiga, shopping. Kalau dia mau shopping, apakah mau di Tanah Abang atau Mangga Dua. Terus ada gak peningkatan ekonomi? Ada dong! Karena uangnya tadi di dalam dompet, mau gak mau sekarang dia harus spend untuk akomodasi, untuk kuliner, untuk shopping. Meskipun, kita belum lihat secara signifikan. Masih jauh dari signifikan,” papar Krishandi.

Tetap Kreatif dan Inovatif

1598165758-Spot-cantik-di-Golden-Tulip.jpgSumber: Sudut cantik yang instagramable/Golden Tulip Holland Ressort for Urbanasia.

Lebih lanjut Krishandi mengatakan, staycation hanyalah satu nama dan peristilahan yang dipakai para pelaku usaha untuk menarik minat masyarakat terhadap kegiatan pariwisata. Namun, pelaku usaha terus dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam meluncurkan program-program baru. Sehingga, mereka yang tadinya berpikir tidak perlu pergi ke hotel, jadi merasa punya kebutuhan untuk tinggal di hotel.

1598165772-Fasilitas-bersepeda-di-Golden-Tulip.jpgSumber: Fasilitas sepeda selama staycation/Golden Tulip Holland Ressort for Urbanasia. 

“Sekali lagi, staycation hanya nama saja itu istilahnya. Apakah membantu ekonomi? Membantu. Kalau ini masih berlangsung terus, bisa nggak kita jalanin? Bisa. Tapi, tentu ditambah paketnya, programnya, supaya membuat customer untuk spend money and stay di hotel,” pungkasnya.

Bagaimana dengan kamu, guys? Tertarik untuk mencoba staycation?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait