URtrending

Viral Pasien COVID-19 di Malang Kabur dari Ruang Isolasi, Ini Kata RS

Nunung Nasikhah, Rabu, 15 Juli 2020 18.04 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Viral Pasien COVID-19 di Malang Kabur dari Ruang Isolasi, Ini Kata RS
Image: Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. (ANTARA)

Malang – Warga Malang belum lama ini dihebohkan dengan sebuah cuplikan video yang menyatakan adanya pasien coronavirus disease (COVID-19) kabur dari salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 yakni Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Dalam video yang diterima tim Urbanasia, Rabu (15/7/2020), seorang dokter berjas putih tampak tengah berada di luar gedung rumah sakit dan seolah tengah mencari seseorang.

Lalu, beberapa petugas dengan alat pelindung diri (APD) lengkap juga tampak keluar gedung, menyusul sang dokter.

“Pasien COVID-19 kabur satu. Mau cari tukang ojek, tukang ojeknya lari semua,” tutur seorang warga dari belakang kamera yang merekam kejadian tersebut, dalam bahasa Jawa.

Video tersebut banyak beredar melalui media sosial dan juga pesan Whatsapp. Alhasil, banyak warga Malang yang panik dengan kabar tersebut.  

Manajemen RSSA, melalui rilis resminya mengakui memang ada seorang pasien COVID-19 yang keluar dari ruang isolasi di RS. Pasien berjenis kelamin perempuan tersebut dikatakan sudah menjalani isolasi mandiri.

“Pasien merupakan pasien isolasi COVID-19 dengan status confirm COVID-19 pasca persalinan. Pada hari minggu, 12 Juli 2020 dilakukan tidakan operasi Caesar,” tulis manajemen RSSA dalam rilis resmi yang diterima Urbanasia, Rabu (15/7/2020).

Pasien tersebut telah ditempatkan di ruang isolasi RSSA yang dulunya adalah ruang VIP atau pavilun. Dengan tipe kamar standar VIP, pasien tersebut merasa dirinya tidak mampu jika nantinya akan ada tagihan atau billing dari pihak RSSA.

“Selain itu keadaan psikis pasien yang mengkhawatirkan putra-putrinya yang ada di rumah (selain bayi yang saat ini masih dirawat di RSSA), karena tidak bisa bertemu siapa-siapa di ruang isolasi,” sambung manajemen RSSA.

Pada Selasa (14/7/2020), sekitar pukul 14.00 WIB pasien telah dinyatakan dalam kondisi umum “perbaikan secara klinis” sehingga direkomendasikan isolasi mandiri dengan pengawasan dari Dinas Kesehatan setempat.

“RSSA langsung menghubungi Dinkes setempat untuk penjemputan pasien bersangkutan,” lanjutnya.

Setelah mendapat keputusan dokter bahwa boleh pulang, pasien tidak sabar dan berusaha untuk keluar dari ruang isolasi dengan mencuri-curi kesempatan dari pengawasan petugas yang pada saat itu tengah berada di ruangan-ruangan lain untuk merawat pasien.

“Namun, usaha pasien untuk keluar dari ruang isolasi terdeteksi oleh petugas via kamera CCTV, sehingga petugas berusaha menghentikan,” katanya.

“Namun karena tidak memakai APD lengkap sehingga petugas keamanan hanya bisa memperingatkan dengan peringatan verbal dengan terus mengikuti pasien,” tambahnya.

Petugas dengan APD lengkap akhirnya datang dan menghampiri pasien yang sempat mendekati teman-teman driver ojek online sehingga sempat terjadi keramaian.

“Namun akhirnya pasien bisa dibujuk dan dievakuasi ke ruang isolasi RSSA (proses evakuasi membutuhkan waktu +/- 20 menit),” imbuh manajemen RSSA.

Pada pukul 17.00 WIB, petugas dari Dinas Kesehatan setempat datang dan menjemput pasien untuk selanjutnya melaksanakan isolasi mandiri yang dikoodinir oleh Dinkes.

Atas kejadian tersebut, pihak RRSA akan terus berusaha men”standart”kan fasilitas ruang Isolasi RSSA yang baru difungsikan selama satu minggu tersebut, baik dari sisi pelayanan dan keamanan sebagai ruang isolasi.

“Pintu keluar masuk pasien dan tenaga kesehatan yang akan bertugas sudah dibedakan sehingga untuk pengawasan keluar masuk akan diperketat. Sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali,” tandasnya.

Selain itu, komunikasi efektif kepada pasien dan keluarga pasien yang berada di ruang isolasi akan ditingkatkan sehingga baik pasien dan keluarga memahami betul hak dan kewajiban pasien saat berada di ruang isolasi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait