URtrending

Duh! Rating IMDb dan Rotten Tomatoes Diperjualbelikan

Afid Ahman, Rabu, 27 Oktober 2021 17.44 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Duh! Rating IMDb dan Rotten Tomatoes Diperjualbelikan
Image: Ilustrasi IMDb. (Ardha/Urbanasia)

Jakarta - Rating IMDb atau Rotten Tomatoes (RT) suka kamu jadikan patokan untuk menonton film? Sepertinya perlu dipertimbangkan lagi.

Sebab viral di Twitter penyedia jasa untuk merating film. Adalah akun @al*eb*n yang awalnya memposting.

"Ide bisnis pada revolusi industri 5.0," tulisnya.

Postingan akun @al*eb*n turut menampilkan tangkapan layar postingan Facebook milik akun bernama Siste Alex. Akun tersebut menjajakan menyediakan kasa push film di situs IMDb, RT dan Letterboxd.

"Cocok untuk Anda yang tidak terima film kesayangannya ber-rating rendah. Sangat disarankan untuk film yang baru keluar tayang sebab usernya masih dibawah 10rb dan lebih gampang dimanipulasi," tulisnya.

Akun Siste Alex pun memaparkan kenapa orang-orang harus menggunakan jasanya. Selain dirinya punya ribuan akun yang terkait akun yang tertaut dengan Google, dia menjanjikan pelayanannya dapat menggiring opini sesuai request, serta identitas klien aman.

"Konsumen tidak perlu malu bertransaksi meski fandom yang aneh-aneh," ujarnya.

1635331797-imdb-dijual.jpgRating IMDb dan Rotten Tomatoes diperjualbelikan. (Ist)

Postingan @al*eb*n menuai banyak respons. Mayoritas merasa kesal karena akan merusak rating di IMDb.

"Bayangin nanti top 10 imdb bukan shawshank redemption atau godfather lg, tp film2 indo," respons akun @Tut*sa*Yo*glek.

Namun yang menarik ada yang merespons bahwa jasa ini tidak berbeda dengan layanan jual beli follower, view, voting di layanan internet.

"Kayak gini juga bisa diterapin ke idol kpop, jasa naikin trending hashtag, yutub views, voting, naikin chart lagu/album, jasa fyp tiktok dan reels ig dll," ungkap akun @ar*ds*ban.

Memang ada benarnya, jasa rating ini tidak ubahnya layanan jual beli followers ataupun like yang makin sering ditemukan di dunia maya. Dan jangan kaget kalau layanan tersebut sudah menjadi bisnis yang besar.

Menurut penuturan para penyedia layanan jual beli followers dan like, mereka bisa mengantongi keuntungan yang bejibun. Dan karena permintaan masih tinggi namun tak punya tenaga mencukupi, mereka sampe  membuka lowongan kerja sambilan.

Ironisnya, dengan iming-iming tambahan uang jajan yang menggiurkan, banyak pelajar dan mahasiswa memanfaatkan peluang tersebut. Padahal sejatinya bisnis ini tidak dibenarkan.

Di AS, seperti dikutip Mashable, penjual followers palsu mulai disisir dan ditangkap. Oleh penegak hukum di AS menyatakan bahwa menjual followers, like, atau engagement media sosial lainnya yang bersifat palsu, serta menggunakan identitas palsu, adalah aktivitas ilegal dan dapat dijerat dengan hukum pidana.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI memang belum menindak layanan jual beli layanan. Namun mereka gencar mewanti-wanti bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas jual beli follower dan like di media sosial (medsos).

Menurut Kominfo, saat membeli followers, akun yang didapatkan adalah akun palsu atau bot. Jadi hanya secara jumlah angka yang bertambah, tapi tidak ada interaksi. Imbasnya kinerjanya sulit diukur berdasarkan data.

Efek lainnya akan menurunkan reputasi akun tersebut. Paling mengkhawatirkan akun rentan diblokir oleh penyedia platform.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait