URstyle

Intip Proses Panjang Produksi Tas Eiger di Tengah Pandemi

Anisa Kurniasih, Kamis, 18 Maret 2021 12.41 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Intip Proses Panjang Produksi Tas Eiger di Tengah Pandemi
Image: Proses produksi tas Eiger di PT Eksonindo MPI yang berlokasi di kawasan Kopo, Bandung pada Senin (15/3/2021). (Anisa/Urbanasia)

Bandung - Eiger menjadi brand lokal produk perlengkapan outdoor yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.

Di bawah naungan PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI), Eiger kini memiliki produk yang makin beragam yakni kategori Eiger Riding untuk perlengkapan yang berfokus pada perlengkapan perjalanan berkendara kemudian Lifestyle 1989 untuk koleksi kasual dan Eiger Adventure untuk petualangan serta pendakian.

Nah, di Balik aneka model produk Eiger yang khas, ada proses produksi cukup panjang yang harus dilakukan loh guys. Eiger pun mengajak sejumlah wartawan untuk melihat lebih dekat proses tersebut khususnya di saat pandemi ini.

Urbanasia berkesempatan ikut berkunjung ke pabrik PT Eksonindo Mulitproduct Industry yang memproduksi produk-produk dari PT MPI pada Senin (15/3/2021) yang berlokasi di jalan Terusan Kopo-Soreang,  Bandung.

Di masa pandemi ini, PT Eksonindo sangat memperhatikan protokol kesehatan para karyawan. Hal tersebut terbukti dengan adanya pengecekan suhu dan sterilisasi melalui disinfectan chamber yang harus dilakukan oleh seluruh karyawan sebelum melakukan aktivitas.

Masuk ke dalam ruangan produksi, mereka juga menerapkan jaga jarak dalam setiap prosesnya. Selain itu, perusahaan juga memfasilitasi dua kali swab dalam seminggu untuk 4.500 orang karyawan yang bekerja di pabrik tersebut loh, guys.

1616045917-pabrik-eiger-1.jpegSumber: Suasana proses produksi tas Eiger di PT Eksonindo Multi Produk Industri (Anisa/Urbanasia)

Adji Santoso, Deputy Managing Director PT Eksonindo Multi Produk Industri menjelaskan, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam produksi produk-produk Eiger.

Hal tersebut diawali dari konsep desain, pemotongan bahan, pengecekan dan pengujian lalu finishing.

"Kita proses kalau kita terima order. Kita bikin sampel di bagian RnD (Riset and Development), nanti kita bikin sampelnya kemudian kita kasih lihat dulu, oke secara bentuk bisa diterima. Kalau harga kualitas udah oke, baru dijadwali mereka buka PO,” tuturnya kepada wartawan di Bandung, Senin (15/3/2021).

Pihaknya biasanya menerima order enam bulan sebelumnya sampai akhirnya mengerjakan proses cutting hingga finishing.

“Pertama-tama, setelah melalui proses riset dan dikembangkan menjadi desain, tim akan membuat sample.

Apabila sudah sesuai dengan kriteria, barulah proses produksi dimulai, meliputi proses pemotongan bahan, penjahitan, pemasangan aksesoris, sampai pada pengepakan,” tambahnya.

Urbanasia pun menengok ke gudang logistik yang difungsikan untuk mengecek bahan baku termasuk melihat jenis kain, warna dan tipe kain.

“Tujuannya untuk memastikan bahwa bahan baku yang digunakan sudah sesuai dengan standar. Mulai dari warnanya, sampai pada ukurannya,” tutur Adji.

Kemudian, kami juga diajak untuk melihat proses pemotongan bahan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Di tempat itu, nampak mesin-mesin besar yang dioperasikan oleh para pekerja dengan kecanggihan teknologi yang sudah terprogram sebelumnya.

1616045983-pabrik-eiger-3.jpegSumber: Suasana proses produksi tas Eiger di PT Eksonindo Multi Produk Industri (Anisa/Urbanasia)

Menariknya, tiap ruangan produksi dipasang lambu sinar ultraviolet (UV) yang dinyalakan selama satu jam per hari untuk membunuh kuman-kuman dalam ruangan agar tetap steril.

"Sinar UV ini nyalanya jam 4.00 WIB atau jam 5.00 WIB pagi, fungsinya supaya kuman atau jamur mati," tuturnya.

Selanjutnya, Urbanasia juga diajak untuk mengintip proses penjahitan tas Eiger yang dilakukan oleh ratusan pekerja.

Bukan sebuah hal mudah, rupanya proses yang dilakukan cukup panjang. Hal ini bertujuan agar kualitas produk yang dihasilkan baik dan sempurna, guys.

Nah, mesin produksi  yang digunakan di pabrik ini sebagian menggunakan pemrograman. Jadi, pekerja tanpa keahlian khusus juga menurut Adji bisa cepat beradaptasi dengan menggunakan teknologi tersebut.

Harganya, tak tanggung-tanggung. Adji mengatakan, untuk satu mesin saja harganya sekitar puluhan juta sampai Rp 500 juta.

"Total ada 157 mesin. Untuk kerjaan standar internasional harus lakukan itu," ungkapnya.

1615819576-eiger-2.jpegSumber: Proses produksi produk Eiger di PT Eksonindo Multi Product Industry (Anisa/Urbanasia)

Pantauan Urbanasia, proses produksi yang dikerjakan oleh pekerja tersebut pergerakannya sangat cepat. Bahkan, mereka nampak fokus dengan mesinnya dan tak mengobrol satu sama lain.

Pasalnya, mereka harus mengerjakan target yang sudah ditentukan per harinya untuk memproduksi tas-tas tersebut agar bisa segera dipasarkan ke pelanggan.

Untuk pemotongan tali sendiri,  Eiger menggunakan mesin pemotong dengan panas sekitar 150 derajat sampai 500 derajat celcius. Hal tersebut agar kualitas tali tas yang dihasilkan rapi dan awet.

Selanjutnya, kami juga diajak ke sebuah ruangan yang dikhususkan untuk melakukan berbagai pengujian bahan sebelum bahan tersebut masuk ke ruang produksi.

Kriteria pengujiannya antara lain seperti pengujian terhadap ketahanan air, kekuatan daya tarik, pengujian terhadap cahaya, sampai pengujian terhadap tekanan.

Selain itu, ruangan lainnya yang ditunjukkan kepada wartawan ialah ruang laktasi yang disediakan untuk para ibu. Dalam ruangan tersebut sudah ada fasilitas lengkap untuk box bayi, sofa untuk memompa asi hingga lemari es untuk menyimpan cadangan asi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait