URguide

Mengenal Gangguan Kontrol Impuls, yang Bikin Seseorang Jadi Agresif

Itha Prabandhani, Selasa, 15 September 2020 09.33 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Gangguan Kontrol Impuls, yang Bikin Seseorang Jadi Agresif
Image: Ilustasi kekerasan (Freepik)

Jakarta - Urbanreaders pernah nggak sih bertanya-tanya kenapa seseorang bisa bertindak agresif tanpa sebab yang jelas? Sebagai contoh, pembunuhan yang dilakukan oleh Isabella Guzman atau penusukan terhadap Syeh Ali Jaber, yang baru-baru ini terjadi.

Para pelaku seperti sulit mengendalikan perilaku agresifnya dengan menyakiti orang lain atau bertindak melawan hukum. Ada yang berpendapat bahwa mereka mengalami gangguan kejiwaan. Ada pula yang menilai mereka mengalami sakit mental.

Tindakan agresif yang tak terkendali bisa jadi adalah tanda gangguan kontrol impuls, guys. Jika diartikan secara medis, gangguan kontrol impuls adalah jenis gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan sulitnya menahan dorongan untuk bertindak agresif.

Orang yang memiliki gangguan kontrol impuls tidak mampu untuk mengendalikan emosi dan perilaku, sehingga membahayakan diri sendiri atau orang lain. Karena itu, gangguan ini juga termasuk dalam gangguan antisosial, karena kerap memiliki efek berbahaya pada orang lain di sekitarnya.

Orang yang memiliki gangguan kontrol impuls biasanya tidak mampu menahan dorongan yang kuat dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma sosial. Mereka akan melakukan perilaku impulsif terus-menerus, tanpa memikirkan konsekuensinya. Tak jarang, mereka tak merasa menyesal sedikitpun telah melakukan tindakan-tindakan tersebut.

Lalu, apa sih yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan kontrol impuls?

1600136582-gangguan-kontrol-impuls4.jpgSumber: Ilustrasi gangguan control impuls (Freepik)

Ada banyak hal yang memicu munculnya gangguan kontrol impuls pada diri seseorang. Pada kebanyakan kasus, gangguan kontrol impuls terjadi akibat faktor dari dalam dan luar dirinya, yaitu gangguan neurologis dan juga tekanan dari lingkungan.

Tercatat, gangguan kontrol impuls ternyata lebih banyak terjadi pada cowok ketimbang cewek, guys. Hal ini diduga karena cowok lebih sulit untuk mengekspresikan perasaan dan kerentanan dalam dirinya.

Selain itu, faktor genetik juga memegang peranan penting dalam kondisi ini. Pengalaman buruk di masa lalu seperti trauma, mengalami pelecehan, kurang kasih sayang dan perhatian semasa kecil, serta mengalami kekerasan, juga dapat berkontribusi pada terhadap gangguan kontrol impuls.

Apa saja sih bentuk gangguan ini?

Gangguan ini memiliki ciri perilaku atau tindakan melanggar hak orang lain seperti merusak bangunan, melakukan kekerasan fisik, dan melanggar norma-norma sosial dan hukum. Bentuk-bentuk gangguan kontrol impuls antara lain:

1. Kleptomania

1600136679-kleptomania.jpgSumber: Ilustrasi kleptomania (Freepik)

Kleptomania adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan dorongan untuk mencuri. Si kleptomania biasanya mengambil barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau yang tidak berharga. Penderita akan merasakan ketegangan sebelum melakukan pencurian dan akan merasa lega dan puas sesudahnya.

2. Pyromania

1600136749-pyromania.jpgSumber: Pyromania (Freepik)

Pyromania adalah tindakan menggunakan api yang membahayakan diri dan orang lain. Penderitanya dengan sengaja membakar sesuatu benda karena merasakan dorongan dan ketegangan sebelum melakukannya.

3. Gangguan Explosive Intermittent

1600136785-explosive-intermittent.jpgSumber: Explosive Intermittent (Freepik)

Gangguan ini ditandai dengan sikap amarah dan kekerasan yang berlebihan sebagai respons pada sesuatu yang sepele. Penderita akan bersikap agresif dan penuh dengan kemarahan atas kekecewaan pada hal-hal yang biasa terjadi sehari-hari.

4. Gangguan Perilaku

1600137003-gangguan-perilaku.jpgSumber: Ilustrasi gangguan perilaku remaja (Freepik)

Gangguan ini biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun yang kerap melanggar norma-norma sosial dan hak-hak orang lain. Mereka dapat melakukan agresi terhadap orang lain, hewan, merusak tempat-tempat umum, mencuri, atau menipu. Perilaku ini mengakibatkan terganggunya prestasi akademik, pekerjaan, dan kehidupan sosialnya.

5. Oposisi Defiant Disorder

1600137054-oposisi-deviant-disorder.jpgSumber: Oposisi Defiant Disorder (Freepik)

Gangguan ini biasanya juga terjadi pada remaja di bawah usia 18 tahun dan ditandai dengan tindakan pembangkangan, mudah marah, agresif, dan menyimpan dendam. Mereka akan selalu menentang dan menolak untuk memenuhi permintaan orang dewasa. Mereka juga sering sengaja mengganggu orang lain.

Mengingat seriusnya gangguan ini, penderita mesti mendapat penanganan secepatnya dari para ahli. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait