URnews

Pengamat Teroris: Penangkapan Ahmad Zain An-Najah Dkk Salah Sasaran

Anisa Kurniasih, Kamis, 18 November 2021 19.01 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pengamat Teroris: Penangkapan Ahmad Zain An-Najah Dkk Salah Sasaran
Image: Ilustrasi penangkapan terduga teroris. (Dok. Humas Polri)

Jakarta – Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan penangkapan Ahmad Zain An-Najah, Farid Okbah, dan Anung Al-Hamar oleh Densus 88 Antiteror Polri salah sasaran.

Ia menilai bahwa hingga saat ini polisi masih menggunakan perspektif lama yang menganggap siapapun yang bergabung dengan Jamaah Islamiyah (JI) maka terlibat terorisme.

“Saya kira penangkapana terhadap Ustaz Farid Ahmad Okbah dan Ahmad Zain An-Najah itu salah sasaran karena selama ini polisi masih mengamil perspektif lama, guilty by association. Jadi kalau seseorang sudah bergabung dengan Jamaah Islamiyah itu dianggap sudah terlibat dengan terorisme, padahal tidak,” kata Chaidar dalam URtalks ‘Terduga Teroris di Tubuh MUI’ yang disiarkan secara langsung di Instagram Urbanasia pada Kamis (18/11/2021).

“Kan tidak ada senjata, tidak ada bom yang dia beli, dia rakit atau dia operasioanalkan. Tidak ada persenjataan untuk menyerang orang lain. Jadi saya kira itu tidak terkait dengan itu (terorisme),” imbuhnya.

Chaidar pun menilai polisi hingga saat ini masih terpengaruh oleh paradigma tersebut. Akibatnya hal itu pun membuat siapa saja yang terlibat dengan JI dianggap terorisme.

“Polisi masih menggunakan paradigma lama dan polisi masih terpengaruh oleh paradigma tersebut sehingga siapa saja yang terkait dengan Jamaah Islamiyah, apakah keterkaitan karena mereka berkomunikasi ataupun mendapat dukungan dana, maka mereka itu sudah dianggap dengan sendirinya sebagai orang yang terlibat dengan terorisme,” ungkap Chaidar.

Padahal, kata Chaidar, untuk bisa menyatakan seseorang itu terlibat dengan terorisme tidak cukup dengan keanggotaannya dalam suatu jaringan. Agar tak salah sasaran, maka penting juga untuk melihat adakah tindakan-tindakan teror yang dilakukannya.

“Apalagi ulama-ulama yang selama ini sudah menerima demokrasi, mendirikan partai politik, sudah mau bergabung dengan MUI, sudah tidak lagi terisolir, tidak lagi memisahkan diri dan sudah mau membangun bangsa ini secara bersama-sama. Jadi saya kira tindakan yang dilakukan oleh Densus 88 adalah tindakan yang salah sasaran,” tegasnya.

Terlebih, kata Chaidar, JI sudah mengalami tiga hingga empat kali transformasi. Dan kini JI telah menjadi organisasi kemanusiaan yang taka da keterlibatannya dengan terorisme.

“Kalau dulu memang dari tahun 1998 sampai 2007 dia (JI) masih disebut sebagai organisasi teroris. Hanya saja setelah tahun 2007, dia sudah jadi organisasi dakwah. Terus 2013 sampai sekarang (2021), dia sudah menjadi organisasi kemanusiaan. Jadi tidak ada lagi keterkaitannya dengan terorisme,” katanya.

Nah perubahan-perubahan inilah yang menurut Chaidar seharusnya diperhatikan oleh Densus 88. Terlebih, Chaidar mengungkapkan bahwa sejak 2013, JI sudah tidak pernah lagi melakukan serangan-serangan terorisme.

“Apa yang terjadi terhadap Jamaah Islamiyah dan ditangkapnya beberapa anggota yang diduga menjadi bagian dari Jamaah Islamiyah atau berkomunikasi atau bersilaturahmi dengan Jamaah Islamiyah atau mendapatkan dukungan dana dari Jamaah Islamiyah oleh pihak kepolisian ini saya kira ada kesalahan," kata dia.

"Salah sasaran, yang harusnya itu dlihat bahwa orang-orang seperti Ustaz Farid Okbah itu tidak pernah membenci pemerintah, tidak pernah dalam cerahmanya menghina-hina pemerintah, menjelek-jelekkan pemerintah juga tidak pernah. Dia berusaha bahwa menyadari bahwa untuk bisa memenangkan pengaruh dia harus membuat partai politik, makanya dia membuat partai politik PDRI itu,” jelasnya panjang lebar.

“Jadi ini sesuatu yang harus dlihat sebagai latar belakang agar pihak Densus tidak langsung serta merta begitu melihat adanya konektivitas ataupun aliran dana maka langsung ditangkap begitu saja. Sebaiknya dilihat dulu siapa orangnya,” pungkasnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Urbanasia.com (@urbanasiacom)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait