URnews

Polri: Korban Tewas di Kanjuruhan Bukan karena Gas Air Mata, tapi Kekurangan Oksigen

Nivita Saldyni, Selasa, 11 Oktober 2022 09.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Polri: Korban Tewas di Kanjuruhan Bukan karena Gas Air Mata, tapi Kekurangan Oksigen
Image: Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo (Dok. Humas Polri)

Jakarta - Polri menyatakan gas air mata bukan penyebab kematian ratusan korban dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo menyebut, temuan para ahli dan dokter yang menangani korban menyatakan kematian disebabkan oleh kekurangan oksigen

“Dari penjelasan para ahli, dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata,” ujar Dedi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Senin (10/10/2022). 

“Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi berdesak-desakan, kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan yang mengakibatkan kekurangan oksigen pada pintu 13, pintu 11, pintu 14 dan pintu 3,” jelasnya lebih lanjut. 

Dedi juga menambahkan, berdasarkan pendapat para ahli, belum ada yang menyampaikan penggunaan gas air mata bersifat mematikan. Bahkan Dedi menegaskan, penggunaan gas air mata dalam tingkat tinggi sekalipun tidak mematikan.

"Saya mengutip pendapat dari Prof. Made Gelgel, adalah guru besar dari Universitas Udayana, beliau ahli di bidang taksikologi atau racun. Beliau menyebutkan, termasuk dari Dr. Mas Ayu Elita (dosen Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan dan Universitas Indonesia), gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan," tuturnya. 

Adapun efek yang diberikan saat terkena gas air mata, yaitu iritasi mata, pernafasan dan gangguan pada kulit. Namun menurut Dedi belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan gas air mata bisa mengakibatkan fatalitas atau kematian seseorang.

"Sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah menyebutkan bahwa ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," tegasnya. 

Sementara itu sebelumnya Komisioner Komnas HAM M. Choirul Anam sebut temuan Komnas HAM menyebut gas air mata yang ditembakkan petugas keamanan saat tragedi Kanjuruhan membuat panik suporter di stadion. Hal ini menjadikan penumpukan di beberapa titik pintu, sehingga banyak jatuh korban.

"Kondisi jenazah secara fisik ada beberapa yang sangat memprihatinkan. Ini menunjukkan kurang lebih menjadi potensi penyebab kematian. Pertama, banyak yang mukanya biru. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar kekurangan oksigen karena juga gas air mata," jelas Anam.

Kericuhan Kanjuruhan sendiri terjadi antar suporter Aremania dan petugas keamanan di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam. Insiden itu berlangsung sesaat setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya berakhir.

Akibat kejadian ini, sebanyak 678 orang jadi korban. Dari jumlah tersebut, 131 orang dilaporkan meninggal dunia dan 547 lainnya mengalami luka-luka.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait