Mengenal Sejarah Lawang Sewu yang Jadi Ikon Kota Semarang

Semarang – Lawang Sewu yang merupakan salah satu ikon Kota Semarang ini, kerap dijadikan destinasi wisata oleh sejumlah kalangan traveller nih, Urbanreaders.
Kalau kamu tahu arti dari nama tempat ini, pasti yang terbayangkan adalah sebuah bangunan dengan seribu pintu. Wah, banyak banget dong ya?
Dengan bangunannya yang unik ini, kamu bisa berkunjung sekaligus menemukan spot foto estetik loh, Urbanreaders. Menarik bukan?
Lokasi dan Rute Lawang Sewu
Buat kamu yang tertarik untuk berkunjung ke sini, lokasinya berdekatan dengan Tugu Muda, atau tepatnya di Jalan Pemuda, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Nah, jika kamu ingin ke sini menggunakan transportasi umum, maka kamu bisa naik kereta dengan tujuan Stasiun Semarang Poncol atau Tawang. Setelah itu, gunakan Bus Trans Semarang dan turun tepat di depan pintu masuk lokasi wisata ini.
Sedangkan buat kamu yang naik kendaraan pribadi, kamu bisa lewat tol Cipali-Palimanan, lalu arahkan kendaraan menuju Semarang.
Setelah itu, berkendara menuju Simpang Lima. Lalu lurus mengikuti Jalan Pandaran sejauh 2,3 kilometer hingga kamu menemukan lokasi Lawang Sewu yang berada di sebelah kanan bundaran.
Baca Juga: Survei Sebut Wisatawan Indonesia Paling ‘Ngebet’ Liburan
Sumber: Dua menara Lawang Sewu (Foto: Instagram/wisatasemarang)
Arsitektur Lawang Sewu
Mengutip situs resmi Kemdikbud, bangunan Lawang Sewu yang memiliki nilai keindahan ini ternyata dibangun menggunakan Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915).
Gaya arsitektur tersebut berkembang di Hindia-Belanda yang berlangsung singkat dari akhir abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Ciri khas dari gaya arsitektur transisi terletak pada bangunannya yang memiliki menara sebagai simbol romantisme.
Hal ini dapat dilihat dari depan gedung Lawang Sewu yang memiliki menara di sebelah kanan dan kirinya serta terdapat persegi delapan yang berbentuk kubah di atas menaranya.
Pintu-pintu yang ada di dalam bangunan ini sebenarnya tidak mencapai seribu. Akan tetapi, karena jumlahnya yang begitu banyak, akhirnya masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.
Selain desainnya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten, yang mengandung cerita loh, Urbanreaders.
Kaca patri tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api.
Baca Juga: 5 Desa Wisata untuk Liburan Asyik Rekomendasi Sandiaga Uno
Sumber: Lawang Sewu Semarang (Instagram/lawangsewu_semarang)
Fungsi di Masa Lalu
Dahulunya, bangunan ini memiliki fungsi penting bagi masyarakat kolonial Belanda. Sejak bulan Juli 1907 Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Pusat Administrasi NIS (Nederlands-Indische Spoorweg).
Kemudian, di tahun 1942-1945 Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai Kantor Riyuku Sokyoku atau Jawatan Transportasi Jepang.
Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya di tahun 1994, gedung ini diserahkan kepada kereta api (Perumka) yang kemudian statusnya berubah meniadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Setelah tidak lagi digunakan, yakni sejak 5 Juli 2011, dilakukan peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu, yang akhirnya membuat bangunan ini menjadi destinasi wisata hingga sekarang.
Harga Tiket Masuk (HTM) Lawang Sewu
Jika berkunjung ke Lawang Sewu, kamu akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 20.000 untuk dewasa, Rp 10.000 untuk anak-anak, dan Rp 30.000 untuk wisatawan mancanegara.
Sedangkan untuk jam operasionalnya, kamu bisa berkunjung setiap hari, yakni Senin - Jumat pukul 08.00-17.00 WIB, dan pada akhir pekan atau hari libur nasional buka mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB.