URstyle

Anak Mendengkur saat Tidur? Awas, Bisa Jadi Kena OSA

Fitri Nursaniyah, Selasa, 29 November 2022 16.17 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Anak Mendengkur saat Tidur? Awas, Bisa Jadi Kena OSA
Image: Ilustrasi anak tidur mendengkur. (PIXABAY/dimotrova)

Jakarta - Pernahkah kamu mendengar anak-anak mendengkur saat tidur? Hati-hati loh, Urbanreaders, karena hal itu bisa jadi tanda anak mengalami obstructive sleep apnea (OSA) atau gangguan pernapasan saat tidur.

Anak yang menderita OSA akan mengalami kekurangan oksigen ketika tidur. Kondisi ini membuat mereka bangun berkali-kali karena merasa tercekik.

Melansir Channel News Asia, Selasa (29/11/2022), anak-anak yang menderita OSA akan menerima konsekuensi tergantung tingkat keparahannya.

OSA pada anak biasanya terjadi karena pembesaran kelenjar gondok dan amandel. Jumlah oksigen yang diterima anak-anak penderita OSA biasanya dikaitkan dengan gangguan perkembangan otak, kinerja akademik yang buruk, metabolisme berubah, dan masalah perilaku.

"Jika dibiarkan dan tidak diobati, komplikasi jangka panjang termasuk kardiovaskular dan neurokognitif mungkin terjadi. Tidur yang buruk juga dapat mengganggu metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes," ucap Asson Prof Goh.

Sementara pada orang dewasa, pemicu OSA berbeda yaitu karena obesitas dan efeknya bisa membuat orang dewasa merasa kantuk di siang hari.

Ciri Anak-anak Menderita OSA

Jadi perlu diingat ya, Urbanreaders, dengkuran pada anak tidak selalu menunjukkan bahwa mereka sedang tidur nyenyak.

Assoc Prof Goh mengatakan, jika seorang anak mendengkur selama lebih dari tiga malam sampai seminggu berturut-turut maka kemungkinan si anak menderita OSA. Tapi, anak yang memang mengalami infeksi saluran pernafasan dan kelelahan sebelum tidur dikecualikan.

Studi menemukan, 6 persen anak-anak di Singapura pada kelompok usia prasekolah hingga sekolah dasar memiliki kebiasaan mendengkur.

Kebiasaan mendengkur ini banyak terjadi pada anak usia 3-8 tahun ketika amandel dan kelenjar gondok mereka sedang 'di puncak'. Tapi, secara perlahan kebiasaan mendengkur ini menghilang saat anak berusia 9-10 tahun.

Adapun untuk dengkuran yang dikeluarkan bayi, Assoc Prof Goh mengatakan bahwa itu terjadi karena saluran pernapasan mereka kecil dan mudah tersumbat.

"Peradangan apa pun dari infeksi atau kelainan struktural dapat menyebabkan obstruksi parsial, dan suara bising yang dianggap mendengkur," ucapnya.

Penelitian tahun 2013 kepada lebih dari 23 ribu anak dari 14 negara di Asia Pasifik menemukan ada faktor lain yang membuat anak cenderung mendengkur ketika tidur, yaitu ras dan gender.

Kebiasaan mendengkur anak-anak Asia lebih rendah dari anak-anak Kaukasian. Selanjutnya, anak laki-laki lebih sering mendengkur daripada perempuan, ini karena anak laki-laki memiliki kaliber saluran udara yang lebih kecil.

Meski begitu, Assoc Prof Goh menekankan bahwa penemuan ini bersifat observasional dan tidak mengungkapkan alasan atau penjelasan mutlak di balik terjadinya dengkuran.

Melansir situs Sleep Foundation, ada beberapa tanda dengkuran anak tidak biasa dan perlu tindak lanjut, yaitu:

1. Anak mendengkur tiga malam per minggu atau lebih
2. Anak terengah-engah atau kesulitan bernapas saat tidur
3. Mengompol
4. Kulit kebiruan
5. Sakit kepala di pagi hari
6. Kantuk di siang hari
7. Sulit berkonsentrasi atau belajar
8. Diagnosis gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (ADHD)
9. Pertambahan berat badan di bawah rata-rata
10. Obesitas. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait