URstyle

Kejar Target Bebas HIV Anak 2030, WHO Bentuk Aliansi Global Bareng 12 Negara

Fitri Nursaniyah, Rabu, 3 Agustus 2022 16.46 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kejar Target Bebas HIV Anak 2030, WHO Bentuk Aliansi Global Bareng 12 Negara
Image: PIXABAY/mohamed_hassan

Jakarta - Aliansi global baru yang diinisiasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan 12 negara yang ikut berpartisipasi, diluncurkan dalam rangka memberantas HIV pada anak-anak di tahun 2030.

Berdasarkan data UNAIDS Global AIDS Update 2022, hanya 52 persen anak penderita HIV yang menjalani pengobatan. Sementara untuk orang dewasa, terdapat 76 persen pasien yang berjuang menyelamatkan nyawa mereka.

Lewat aliansi ini, diharapkan tidak ada lagi pasien HIV yang ditolak untuk berobat pada 2030. Upaya ini juga dilakukan untuk mencegah infeksi HIV pada bayi yang baru lahir.

Peresmian aliansi global ini dilakukan pada konferensi pers AIDS Internasional yang berlangsung di Montreal, Kanada.

Aliansi ini mencakup gerakan masyarakat sipil, termasuk Jaringan Global Orang yang Hidup dengan HIV, pemerintah nasional di negara-negara yang paling terkena dampak, dan mitra internasional, termasuk PEPFAR dan Global Fund. 12 negara telah bergabung dengan aliansi pada fase pertama, yaitu Angola, Kamerun, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo (DRC), Kenya, Mozambik, Nigeria, Afrika Selatan, Uganda, Republik Bersatu Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.

Terdapat empat pilar yang diidentifikasi aliansi global untuk bebas HIV 2030, yaitu:

1. Menutup kesenjangan pengobatan untuk remaja putri, wanita hamil, dan ibu menyusui pengidap HIV dan mengoptimalkan kesinambungan pengobatan

2. Mencegah dan mendeteksi infeksi HIV baru pada remaja putri, wanita hamil, dan ibu menyusui

3. Pengujian yang dapat diakses, pengobatan yang dioptimalkan, dan perawatan komprehensif untuk bayi, anak-anak, dan remaja yang memiliki HIV

4. Menangani hak, kesetaraan gender, dan hambatan sosial dan struktural yang menghalangi akses ke layanan

"Kita harus berlari bersama untuk mengakhiri AIDS pada anak-anak pada tahun 2030," ujar Limpho Nteko di Konferensi AIDS Internasional mengutip rilis resmi WHO, Rabu (3/8/2022). Nteko mengetahui bahwa dirinya positif HIV pada usia 21 tahun, saat itu ia tengah mengandung anak pertamanya.

"Agar berhasil, kita membutuhkan generasi muda yang sehat dan terinformasi yang merasa bebas untuk berbicara tentang HIV, dan untuk mendapatkan layanan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka dari HIV. mother2mothers telah mencapai penghapusan virtual penularan HIV dari ibu ke anak untuk klien terdaftar kami selama delapan tahun berturut-turut, menunjukkan apa yang mungkin ketika kami membiarkan perempuan dan masyarakat menciptakan solusi yang disesuaikan dengan realitas mereka," tuturnya.

Aliansi global ini akan berjalan selama 8 tahun hingga 2030 untuk memperbaiki penanggulangan AIDS, terutama dari segi kesenjangan pengobatan.

“Kesenjangan yang lebar dalam cakupan pengobatan antara anak-anak dan orang dewasa adalah sebuah kebiadaban,” kata Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima. 

“Melalui aliansi ini, kami akan menyalurkan kemarahan itu ke dalam tindakan. Dengan menyatukan obat-obatan baru yang lebih baik, komitmen politik baru, dan aktivisme masyarakat yang gigih, kita bisa menjadi generasi yang mengakhiri AIDS pada anak-anak. Kita bisa memenangkan ini, tapi kita hanya bisa menang bersama," kata dia lagi.

“Meskipun ada kemajuan untuk mengurangi penularan vertikal, meningkatkan pengujian dan pengobatan, dan memperluas akses ke informasi, anak-anak di seluruh dunia masih jauh lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dewasa untuk memiliki akses ke layanan pencegahan, perawatan, dan pengobatan HIV,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

"Peluncuran Aliansi Global untuk Mengakhiri AIDS pada Anak merupakan langkah maju yang penting, dan UNICEF berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua mitra kami untuk mencapai masa depan bebas AIDS," imbuhnya.

“Tidak ada anak yang dilahirkan dengan atau tumbuh dengan HIV, dan tidak ada anak dengan HIV yang boleh pergi tanpa pengobatan,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

“Fakta bahwa hanya setengah dari anak dengan HIV yang menerima antiretroviral adalah skandal, dan noda pada hati nurani kita bersama. Aliansi Global untuk Mengakhiri AIDS pada anak adalah kesempatan untuk memperbarui komitmen kami kepada anak-anak dan keluarga mereka untuk bersatu, berbicara, dan bertindak dengan tujuan dan dalam solidaritas dengan semua ibu, anak-anak dan remaja," pungkasnya.

Dr Osagie Ehanire, Menteri Kesehatan Nigeria, berjanji untuk mengubah kehidupan anak-anak pasien HIV. Nigeria akan menjadi tuan rumah peluncuran politik aliansi di Afrika pada pertemuan tingkat menteri pada Oktober 2022.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait