URguide

Kisah Teladan Jenderal Hoegeng, Sang Polisi yang Dikenal Jujur

Suci Nabila Azzahra, Kamis, 1 Desember 2022 14.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Teladan Jenderal Hoegeng, Sang Polisi yang Dikenal Jujur
Image: Jendral Hoegeng (Instagram @halo_polisi)

Jakarta - Siapa yang tidak kenal dengan Jenderal Hoegeng? Dia merupakan tokoh fenomenal di dalam institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan panutan bagi setiap anggota polisi.

Mempunyai kepribadian jujur, berani, dan sederhana Kepala Kepolisian (Kapolri) kelima yang bertugas dari tahun 1968-1971 ini ternyata hidup dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Berbeda dengan polisi lainnya di masa itu, Hoegeng tidak mempan disuap. Baginya, lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap atau korupsi.

Kapolri Hoegeng pun pernah merasakan godaan suap. Dia pernah dirayu seorang pengusaha yang terlibat kasus penyelundupan. Pengusaha itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan. Jenderal Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan.

Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya. Pengusaha tersebut berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng.

Teladan Jenderal Hoegeng bukan hanya soal kejujuran dan antikorupsi. Hoegeng juga sangat peduli pada masyarakat dan anak buahnya.

Saat sudah menjadi Kapolri dengan pangkat Jenderal berbintang empat, Hoegeng masih turun tangan mengatur lalu lintas di perempatan.

Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya adalah mengayomi masyarakat.

Pada saat mendapat perintah pindah tugas ke Sumatera Utara tahun 1955, Hoegeng mendapat tugas berat untuk memberantas penyelundupan dan perjudian di daerah tersebut. Ironisnya, baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya.

Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha. Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia.

Bahkan saat rumah dinasnya sudah tersedia, rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah.

Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Apa tindakan Hoegeng? Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya.

Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.

Hoegeng telah membuktikan bahwa ia memang tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira polisi di Sumatera Utara, Hoegeng terkenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi menerima suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar rumah.

Kata-kata mutiara yang terkenal dari Hoegeng adalah, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik."

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait