Sering Dipakai untuk Kendalikan Massa, Ini Deretan Fakta Gas Air Mata

Jakarta - Unjuk rasa terkait penolakan Undang-undang Cipta Kerja yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa lokasi sempat berujung ricuh. Untuk mengendalikan kondisi, petugas kepolisian pun sampai menembakkan gas air mata ke arah peserta aksi massa.
Tak jarang, sebelum datang ke lokasi, peserta demo pun terlihat menggunakan olefin pasta Gigi yang dianggap bisa untuk menahan semprotan gas air mata yang bikin pedih.
Reaksi gas air mata ketika terhirup dapat menyebabkan sensasi terbakar pada anggota tubuh. Oleh karena itu, biasanya ketika para demonstran terkena gas air mata, mereka akan langsung berlarian dan menghindar.
Nah, dilansir berbagai sumber, berikut fakta-fakta gas air mata yang wajib kamu tahu, Urbanreaders!
1. Ditemukan Tahun 1941
Sumber: Seorang mahasiswi yang membacakan Pancasalah di tengah aksi demo penolakan UU Cipta Kerja. (Twitter)
Pada Agustus 1914, para tentara Perancis menembakkan granat berisi gas ke prajurit Jerman di kawasan perbatasan. Perang yang dikenang sebagai ‘Battle of the Frontiers’ ini menjadi momen pertama Kalinya gas air mata digunakan di berbagai belahan dunia.
Granat berisi gas diciptakan ahli kimia Perancis yang bertujuan untuk mengendalikan hura-hura, misi yang tak pernah berubah hingga kini.
Situs berita The Atlantic mengatakan, granat berisi gas tersebut digunakan untuk membuat mundur barikade. Gas tersebut menimbulkan beragam reaksi seperti sakit mata, masalah pernafasan, iritasi kulit, pendarahan, bahkan kebutaan.
Granat berisi gas tersebut kemudian dikenal sebagai tear gas (gas air mata), atau lachrymator. Situs Encyclopedia Britannica mengatakan bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan lewat beberapa senjata seperti granat dan spray.
Gas air mata kini hampir selalu digunakan oleh pihak berwenang untuk meredakan demonstrasi. Hal ini dimulai usai Perang Dunia I berakhir.
2. Efeknya Bisa Sampai Kebutaan
Sumber: Ilustrasi demonstrasi. (Ist)
Jangan main-main dengan gas air mata karena akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Seperti menangis, bersin, batuk, sulit bernapas, sakit pada mata dan kebutaan sementara.
Namun, dalam beberapa kasus, gas ini menyebabkan memar parah, kehilangan penglihatan, patah tulang tengkorak dan bahkan kematian loh.
Studi menunjukkan bahwa gas air mata akan menyebabkan cedera vaskular serius. 44 persen di antaranya mengalami cedera saraf dan 17 persen terpaksa harus diamputasi, ungkap penelitian yang dipublikasikan oleh Iranian Journal of Medical Sciences.
Iritasi akan muncul sekitar 20-60 detik setelah terpapar gas air mata. Kita akan kembali pulih setelah 30 menit meninggalkan area yang dipenuhi gas air mata.
3. Mengandung Berbagai Bahan Kimia
Sumber: Demonstran di depan Gedung DPRD Kota Malang. (Lisdya Shelly/Urbanasia)
Dalam satu kaleng gas air mata terdapat beberapa kandungan kimia seperti arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalonotrile.
Menurut ahli anestesi dari Universitas Duke, Sven-Eric Jordt, istilah gas air mata sebenarnya tidak tepat.
Pasalnya, alat pembubar massa ini secara teknis bukan gas karena ‘senjata’ itu berbentuk bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus. Gas untuk mengusir massa dengan cara memberikan kesengsaraan maksimal.
Benda ini bekerja dengan mengaktifkan salah satu dari dua reseptor sakit, yaitu TRPA1 dan TRPV1. Dilansir Scientific American, senyawa kimia untuk mengaktifkan TRPA1 dan TRPV1 berbeda.
Dengan kata lain, gas air mata bisa dibagi menjadi dua kelompok sesuai komponen senyawa kimia penyusunnya.
Baca Juga: 9 Hoax UU Cipta Kerja Ini Dibantah Jokowi
Salah satu agen yang mampu mengaktifkan reseptor TRPA1 adalah 2-chlorobenzalmalonitrile atau gas CS. Agen ini adalah senyawa kimia yang mengandung klor dan bertiup ke udara sebagai partikel halus.
Jordt menyebut, senyawa ini beraksi secara kimia dengan biomolekul dan protein pada tubuh manusia yang bisa menyebabkan sensasi terbakar parah.
4. Pasta Gigi Tak Bisa Halau Gas Air Mata
Sumber: Ilustrasi pasta Gigi (Freepik)
Untuk memproteksi diri, tak jarang kita menemukan demonstran yang mengoleskan pasta gigi ke area wajah, khususnya di bagian mata dan hidung.
Nah, dari mitos yang berkembang, pasta gigi dianggap dapat menangkal gas air mata. Namun, bagaimana kebenarannya?
Dilansir laman International News Safety Institute (INSI), penggunaan pasta gigi tidak memberikan dampak yang signifikan.
Hal ini karena pasta gigi terbuat dari banyak bahan kimia dan setiap merek memiliki komposisi yang berbeda-beda, sehingga klaim kebenarannya pun masih diragukan.
5. Gas Air Mata Kadaluwarsa Tak Bikin Mata Pedih
Sumber: Lutfi, pelajar yang membawa bendera saat demonstrasi di gedung DPR RI, Oktober 2019 kemarin. (Instagram @garrylotulung)
Beberapa waktu lalu sempat viral foto selongsong gas air mata kadaluarsa yang digunakan untuk membubarkan massa aksi demo. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampak yang ditimbulkan dari gas air mata tersebut.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono menjelaskan, bahan kimia dalam gas air mata kadaluarsa justru akan mengalami proses oksidasi, artinya, efeknya akan jadi menurun.
"Jadi malah bukan tambah pedes ya. Karena reaksi terhadap mata jadi lebih tidak sensitif lagi," kata Agus.