URnews

Deretan Aturan Taliban untuk Perempuan Afghanistan

Anisa Kurniasih, Rabu, 15 September 2021 14.09 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Deretan Aturan Taliban untuk Perempuan Afghanistan
Image: Ilustrasi hijab (Pixabay/6335159)

Jakarta - Kembalinya Taliban ke kekuasaan Afghanistan seakan membangkitkan mimpi buruk sebagian masyarakat khususnya kaum perempuan di Afghanistan.

Banyak perempuan di negara tersebut yang merasa takut kehidupan dan masa depan mereka akan terkekang lagi oleh kelompok yang menggulingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani dan mengklaim berkuasa lagi pada 15 Agustus itu seperti saat mereka memerintah 25 tahun silam.

Sebelumnya, pada 1996-2001, Taliban pernah menerapkan berbagai macam aturan yang sangat membatasi wanita dengan dalih menuruti syariat Islam.

Taliban sendiri telah mengklarifikasi bahwa mereka tidak melarang perempuan Afghanistan untuk belajar ataupun bekerja. Sebaliknya, perempuan Afghanistan tetap diperbolehkan untuk melakukan keduanya, namun dibatasi pada sektor-sektor yang diizinkan. 

Dikutip dari kantor berita Reuters, Taliban mengatakan bahwa perempuan tidak seharusnya bekerja bersama pria ataupun bekerja di sektor manapun yang mereka mau.

"Kami ingin secara penuh mengimplementasikan Syariat Islam meski adanya tekanan dari komunitas internasional untuk membiarkan perempuan bekerja di manapun yang mereka mau," ujar pejabat senior Taliban, Waheedullah Hashimi, Selasa, 14 September 2021.

Berikut beberapa aturan yang kemungkinan juga akan tetap diterapkan kelompok itu terhadap kaum perempuan di Afghanistan.

1. Bekerja dan Sekolah Dibatasi

1621821403-ilustrasi-belajar.jpgSumber: ilustrasi belajar di sekolah (Pinterest/panduan guru)

Meskipun Taliban mengaku mengizinkan perempuan untuk bekerja, namun mereka kabarnya akan menerapkan aturan berbasis syariat Islam yang menyulitkan para pekerja perempuan. Misalnya, pemisahan kelas antara perempuan dan laki-laki.

Sejak Taliban mengharuskan wanita berdiam diri di rumah, kelompok itu menyatakan perempuan masih boleh bekerja dari rumah dan tetap mendapatkan gaji.

Mengutip AFP, ketika Taliban berkuasa pada 30 tahun lalu, perempuan tidak secara resmi dilarang untuk bekerja. Namun, kenyataannya, Taliban kerap mempersulit kaum perempuan untuk mengakses sebagian besar pekerjaan dengan dalih menuruti syariat Islam.

Pekan lalu, juru bicara Taliban di Doha, Sher Mohammad Abbas Stanikzai mengatakan kepada wartawan bahwa perempuan memiliki "hak bawaan" untuk bekerja, belajar dan berpartisipasi dalam politik.

Tapi, dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC Pashto bahwa “mungkin tidak ada" tempat bagi perempuan di kabinet pemerintahan Afghanistan masa depan atau jabatan tinggi lainnya.

Untuk saat ini, perempuan tidak punya banyak pilihan selain menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan Taliban begitu mereka mengumumkan pemerintahan baru.

2. Pembatasan Pergerakan

1629119700-taliban.JPGSumber: Seorang anggota Taliban berjaga di Kota Ghazni, Afghanistan pada Sabtu (14/8/2021). (Antara/REUTERS)

Di sejumlah wilayah, Taliban mengatakan para perempuan hanya bisa pergi dengan wali laki-laki saja. Artinya guys, mereka harus membawa ayah atau saudara laki-lakinya saat keluar rumah. Kebijakan tersebut sama seperti yang pernah Taliban terapkan tiga puluh tahun lalu.

Beberapa waktu lalu, Taliban memperingatkan perempuan agar tinggal di rumah, sementara mereka mencari sistem yang tepat untuk memastikan keselamatan para perempuan.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan imbauan itu keluar karena sebagian milisi kelompoknya belum dilatih untuk tidak melukai perempuan.

"Kami khawatir bahwa pasukan kami yang baru dan belum terlatih dengan baik masih mungkin memperlakukan perempuan dengan tidak baik. Kami tidak ingin pasukan kami membahayakan hingga melukai perempuan," kata Mujahid dalam dalam jumpa pers di Ibu Kota Kabul pada Selasa (25/8/2021).

Taliban mengakui bahwa pasukan keamanannya, "tidak terlatih (dalam) bagaimana berurusan dengan perempuan atau berbicara dengan perempuan."

Namun, menurut sejumlah aktivis itu hanyalah lagu lama Taliban untuk mengekang perempuan.

3. Perempuan Wajib Mengenakan Hijab hingga Burka

1631689610-ilustrasi-hijab.jpgSumber: Ilustrasi hijab (Pixabay/vadiv666)

Taliban sempat mewajibkan seluruh perempuan mengenakan burka setiap saat terutama di ruang publik saat mereka berkuasa pada 30 tahun lalu.

Menurut laporan Oxford University Press pada 2000, salah satu juru bicara Taliban mengatakan wajah wanita merupakan "sumber korupsi bagi pria".

Nah, sejak Taliban kembali berkuasa, jalanan di kota-kota besar, termasuk Ibu Kota Kabul pun sepi dari kaum perempuan.

Beberapa perempuan yang berlalu-lalang di jalanan juga terlihat mengenakan cadar dan burkak. Harga burkak di Ibu Kota Kabul juga terus meningkat seiring dengan permintaan yang terus melonjak.

Taliban sendiri sempat menyatakan bakal memberikan kelonggaran terhadap perempuan terkait penutup. Burkak pun ada kemungkinan tak wajib dikenakan perempuan. Meski demikian, mereka mengindikasikan setiap perempuan tetap harus mengenakan hijab.

4. Musik Non Keagamaan Dilarang

1615256202-Musik-FotoshopTofs.jpegSumber: Ilustrasi musik. (Pixabay/FotoshopTofs)

Meski belum ada instruksi resmi dari pusat, di daerah tertentu larangan mendengarkan musik sudah tergambar. Pada Jumat (27/8/2021), seorang penyanyi folk, Fawad Andarabi, tewas di tangan Taliban. Anak penyanyi itu, Jawad, mengaku sang ayah ditembak di kepala oleh kelompok itu.

"Dia tidak bersalah, penyanyi yang menghibur orang,” kata Jawad.

Institut Musik Nasional Afghanistan (ANIM) juga tak bisa berkutik di bawah kendali Taliban. Para murid mengembalikan instrumen musik ke sekolah itu karena takut dihukum.

Sejak kejadian Anarabi, sejumlah musisi perempuan semakin takut akan keamanan dan masa depan karier mereka.

Seandainya pun musik-musik bertema keagamaan atau yang dianggap tak mengundang kemaksiatan masih bisa diperbolehkan Taliban, kaum perempuan juga terancam terpinggirkan lagi.

Akan sangat sulit bagi kaum perempuan untuk menjadi penyanyi dibandingkan para lelaki Afghanistan di era Taliban.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait